Menavigasi ESG dalam Komitmen Net Zero di Indonesia

PT Mitra Rekayasa Keberlanjutan – Indonesia, negara kaya akan sumber daya alam, telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 31,89 persen melalui upaya sendiri dan 43,20 persen melalui dukungan internasional di tahun 2030. Indonesia juga telah berjanji untuk mencapai emisi nol pada tahun 2060. Namun, untuk mencapai target-target ini membutuhkan investasi yang signifikan dan peran sektor swasta sangat penting.

Kebutuhan akan Investasi Berkelanjutan

Sumber Foto : Pixabay

Transisi menuju masa depan yang rendah karbon dan berketahanan iklim di Indonesia membutuhkan investasi yang sangat besar. Penguatan praktik-praktik ESG (Environmental, Social, and Governance) memungkinkan pasar modal memainkan peran yang lebih besar dalam transisi Indonesia menuju ekonomi rendah karbon. Investasi berkelanjutan sangat penting untuk mencapai tujuan iklim Indonesia dan mengatasi masalah-masalah lingkungan dan sosial.

Baca Juga : Sustainability-Linked Financing

Tren Keberlanjutan dalam Bisnis

Perusahaan-perusahaan di Indonesia semakin menyadari pentingnya faktor ESG, termasuk risiko terkait iklim, dalam operasi bisnis mereka. Namun, perjalanan masih panjang. Seruan untuk mengatasi dampak iklim dari produksi dan penggunaan minyak kelapa sawit, karet, gula, dan batu bara, yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan neraca perdagangan Indonesia, masih menghadapi rintangan yang cukup besar.

417 perusahaan multinasional berkomitmen untuk mencapai emisi net zero pada tahun 2040. 3 bidang tindakan yaitu (1) Penghapusan karbon dengan menerapkan strategi dekarbonisasi melalui perubahan dan inovasi bisnis. (2) Pelaporan berkala dengan mengukur dan melaporkan emisi gas rumah kaca secara berkala. Dan (3) Penyeimbangan yang kredibel dengan menetralisir emisi yang tersisa melalui tambahan, terukur, nyata, permanen, dan bermanfaat secara sosial.

Baca Juga : Mengulik Investasi ESG Dalam Lingkup Perusahaan

Kemudian, 411 perusahaan terkemuka dunia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon. Di antara jenis target iklim yaitu (1) Netral Karbon. Dicapai ketika perusahaan sepenuhnya mengimbangi emisi gas rumah kaca. (2) Terbarukan 100 persen (RE100). Dicapai ketika sebuah perusahaan mengandalkan 100 persen energi terbarukan. (3) Science-Based Target (SBT). Emisi dikurangi sejalan dengan kebutuhan untuk menjaga pemanasan global di bawah 2 derajat Celcius.

Permintaan akan produk yang terkait dengan keberlanjutan meningkat di industri pertambangan dan industri hilir. Dalam survei disebutkan isu-isu ESG menjadi perhatian utama bagi pelaku bisnis, investor, dan regulator di industri pertambangan dan logam.

Baca Juga : Kerjasama Multipihak dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia

Tren Keberlanjutan di Pasar

Sektor jasa keuangan di Indonesia menjadi semakin kompetitif dan tangguh terhadap risiko lingkungan dan sosial. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memperkenalkan peraturan dan pedoman untuk mempromosikan praktik keuangan berkelanjutan dan ESG. Peta Jalan Keuangan Berkelanjutan OJK Tahap II (2021-2025) menyoroti pentingnya mengidentifikasi dan memasukkan risiko ESG untuk memitigasi dan mengelolanya secara efektif, meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan bisnis, serta mempromosikan keuangan berkelanjutan.

Author

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *