Penilaian ESG: Berlomba-lomba dalam Keberlanjutan

Mirekel – ESG (Environmental, Social, and Governance) Rating atau Penilaian ESG merupakan sistem pengukuran terstandarisasi terhadap performa aspek ESG perusahaan. Penilaian dilakukan dengan melihat penanganan risiko serta dampak aktivitas bisnis terhadap aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola dari suatu perusahaan.

Tiga Tingkatan Nilai ESG Rating

Penilaian ESG menghasilkan nilai berupa angka berdasarkan aspek-aspek yang sudah ditetapkan pihak penilai. Secara umum, terdapat 3 kategori nilai ESG, yaitu Laggard, Average, dan Leader. Laggard merupakan kategori dengan nilai ESG yang paling rendah. Di dalamnya terdapat 3 subkategori, yaitu CCC, CC, dan C yang memiliki rentang nilai berbeda-beda. Subkategori C memiliki rentang nilai paling rendah.

Kategori Average atau Rata-rata merupakan perusahaan yang memiliki nilai ESG standar. Pada kategori inilah sebagian besar perusahaan berakhir setelah penilaian. Prinsip ESG sudah diimplementasikan dalam perusahaan, namun performa yang ditunjukkan kurang maksimal. Subkategori yang ada dalam kategori ini yaitu BBB, BB, dan B. Dalam kategori ini, subkategori BBB memiliki rentang nilai tertinggi.

Baca Juga : Sejarah dan Perjalanan Awal ESG Dari Masa ke Masa

Kategori tertinggi, yaitu kategori Leader menunjukkan suatu perusahaan memiliki nilai penilaian ESG yang tinggi. Subkategori tertinggi adalah subkategori AAA dibandingkan dengan subkategori AA dan A. Perusahaan dengan kategori Leader bersifat proaktif dalam mengelola risiko ESG dan juga mengambil peluang untuk meningkatkan dampak positif terhadap ESG.

Sumber: www.msci.com

Konsiderasi dalam Penilaian ESG

Terdapat 3 hal penting dalam ESG, sesuai dengan kepanjangannya, yaitu aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola. Pada aspek lingkungan, konsiderasi dalam penilaian ESG mencakup isu krisis iklim dan polusi dan limbah. Diperhatikan pula bagaimana perusahaan menggunakan sumber daya alam serta perusahaan menciptakan peluang lingkungan seperti teknologi bersih dan energi terbarukan.

Baca Juga : Mengenal CCUS (Carbon Capture, Utilization, and Storage) 

Pada aspek sosial, perlakuan terhadap sumber daya manusia dalam perusahaan menjadi salah satu poin utama penilaian. Pertanggungjawaban produk, mencakup kualitas dan keamanan produk, perlindungan konsumen, serta keamanan data, juga diperhitungkan. Isu terkait oposisi pemangku kepentingan juga menjadi konsiderasi penilaian. Peluang sosial, seperti akses komunikasi, pelayanan kesehatan, serta akses keuangan juga menjadi aspek yang dinilai.

Sumber: https://content.ftserussell.com/

Pada penilaian aspek tata kelola, diperhatikan tata kelola perusahaan yang mencakup kepemilikan, kompensasi eksekutif, dan komposisi kepemimpinan. Diperhitungkan pula hal-hal mengenai etika bisnis yang diterapkan oleh perusahaan serta transparansi pajak. Perilaku anti-korupsi pun menjadi salah satu pertimbangan dalam penilaian tata kelola perusahaan.

Penilaian akan dilakukan dengan mengidentifikasi isu yang selaras dengan jalannya perusahaan. Penilaian menggunakan matriks yang sesuai dengan penilai. Masing-masing isu dinilai dengan melihat kondisi riil dalam perusahaan. Penilaian masing-masing isu akan digabungkan sehingga menghasilkan nilai total.

Baca Juga : Menyongsong Society 5.0, Ekonomi Sirkular Tetap Ambil Peran 

Mewujudkan Keberlanjutan Tanpa ESG Rating

Tanpa penilaian ESG, seharusnya pelaku bisnis tetap bisa menjalankan tanggung jawabnya dalam menyejahterakan masyarakat dan melestarikan lingkungan. Namun, penilaian ESG merupakan salah satu cara yang bisa mendorong kepatuhan pelaku bisnis untuk bisa memperhatikan aspek lingkungan dan sosial. Penilaian ESG dapat menjadi pemantik semangat mewujudkan keberlanjutan, selain penilaian ESG tersebut juga menguntungkan bagi daya saing perusahaan.

 

 

Author

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *