Konflik Rusia dan Ukraina: Pasar Sektor Energi Terancam

Akhir-akhir ini, dunia dihebohkan dengan perseteruan 2 negara, yaitu Rusia dan Ukraina. Konflik yang sudah tersulut sejak 2013 itu akhirnya pecah menjadi invasi oleh Rusia. Meskipun konflik yang terjadi adalah di antara 2 negara, namun dampak yang ditimbulkan bisa dirasakan oleh negara-negara lainnya secara global.

Perang atau konflik antar negara dapat menimbulkan empati oleh negara lainnya. Warga sipil yang tidak bersalah gugur begitu saja. Untuk konflik antara Rusia dan Ukraina, empati kemanusiaan tidak hanya menjadi dampak yang dirasakan oleh warga negara lainnya. Perekonomian global yang tidak stabil juga menjadi dampak yang dirasakan oleh berbagai negara.

Baca Juga : SRN: Gambaran Performa Indonesia dalam Mengurangi Emisi 

Beban APBN Membengkak Akibat Konflik Rusia dan Ukraina

Rusia dan Ukraina memang tidak terlalu andil besar dalam aktivitas perdagangan dunia. Masing-masing negara memiliki persentase ekspor dan impor tidak lebih dari 2%. Konflik yang terjadi seharusnya tidak menimbulkan dampak yang cukup signifikan. Namun, Rusia ternyata memiliki kontribusi yang cukup besar dalam komoditas energi.

Ekspor energi oleh Rusia memakan bagian lebih dari 50% dari total ekspornya. Rusia berhasil menempati surplus neraca yang terbesar di dunia karena aktivitasnya dalam ekspor energi. Adanya konflik antara Rusia dan Ukraina akan menyebabkan ketidakstabilan pasar di sektor energi. Harga komoditas energi akan semakin naik karena terjadi penurunan kegiatan ekspor oleh Rusia.

Bila diusut lebih jauh lagi, Rusia merupakan negara pengekspor minyak bumi terbesar keempat di dunia. Hal ini menyebabkan kenaikan harga terjadi dalam hal perdagangan minyak bumi global. Harga minyak global sempat mengalami kenaikan hingga USD101 setiap barelnya. Padahal, Indonesia mengasumsikan harga per barel minyak hanya mencapai angka sekitar USD65. Setiap kenaikan harga minyak per dollar, APBN akan menanggung lebih dari Rp 2,5 triliun untuk BBM. Pada kebutuhan minyak tanah, kenaikan dana yang perlu ditanggung APBN mencapai Rp 50 miliar.

Menariknya, Rusia juga merupakan pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia. Rusia memasok 20% produksi gas secara global. Tidak heran bila harga LPG juga mulai naik beberapa waktu terakhir. Pemerintah harus menanggung beban APBN tambahan sebesar Rp1,5 triliun untuk setiap USD1 kenaikan harga gas. Dapat dibayangkan berapa banyak subsidi yang harus dikeluarkan oleh pemerintah akibat adanya kenaikan harga komoditas energi secara global ini.

Sumber: Photo by Maria Lupan on Unsplash

Baca Juga : Menanti Kiprah Mahasiswa dalam Isu Perubahan Iklim 

Perlu Upaya Tambahan dalam Memulihkan Perekonomian Indonesia di 2022

Pandemi covid-19 sudah berjalan hampir 2 tahun lamanya. Hal ini memberikan waktu bagi Indonesia untuk beradaptasi akan dampaknya. Di awal pandemi, berbagai negara mengalami penurunan performa perekonomian, tidak terkecuali Indonesia. Namun, berbagai dinamika pandemi yang tidak kunjung usai menjadikan Indonesia mulai memahami apa yang perlu dilakukan guna mempertahankan perekonomian.

Perekonomian Indonesia sudah sempat tumbuh hingga 3,69% di tahun 2021. Hal ini memberikan harapan bagi pemulihan perekonomian selepas pandemi. Namun, tahun 2022 Indonesia dan negara-negara lain mendapatkan ujian berupa adanya konflik antara Rusia dengan Ukraina yang mempengaruhi pasar global.

Indonesia harus mempertahankan momentum pemulihan perekonomian yang dimiliki saat ini. Tantangan geopolitik yang terjadi harus ditepis dengan berbagai upaya. Ahmad Heri, peneliti Center of Industry Trade and Investment INDEF, menyampaikan bahwa Indonesia bisa lebih fokus dengan negara tradisional ekspor. Negara tradisional ekspor merupakan negara yang menjadi tujuan ekspor selama lebih dari 40 tahun dan tidak terpengaruh perekonomian negara lain. Indonesia juga perlu melakukan diversifikasi produk ekspor. Pemerintah juga dapat memberikan fasilitasi dagang sehingga dampak konflik yang terjadi bisa berkurang.

 Baca Juga : METI Dalam Mendukung Ekonomi Hijau Melalui Energi Terbarukan 

Sumber:

BPPP Kemendagri. (2017). Peluang_Ekspor_Indonesia_di_Pasar_Negara-Negara_Non_Tradisional.pdf (kemendag.go.id)

Firdaus, A. H. (2022). Ekonomi Digital yang Inklusif (indef.or.id)

INDEF. (2022). [Diskusi Publik] Perang, Harga Minyak, dan Dampaknya bagi Ekonomi dan Bisnis di Indonesia – INDEF

Kompas. (2022). 5 Dampak Perang Rusia-Ukraina bagi Indonesia, Apa Saja? Halaman all – Kompas.com

Taufikurahman, M. R. (2022). Slide 1 (indef.or.id)

 

 

Author

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *