Biogas: Solusi Masalah Sampah Makanan Selama Ramadhan

Mirekel – Menyambut Ramadhan, produksi makanan sisa semakin meningkat. Terlepas dari frekuensi makan yang berkurang selama Ramadhan, kuantitas makanan yang dikonsumsi malah meningkat. Hal ini mengarah pada peningkatan makanan sisa yang dihasilkan.

Sampah makanan dapat dihasilkan di berbagai proses dalam rantai pasok, mulai dari proses panen produk, sortir, transportasi, penjualan, hingga konsumsi. Berdasarkan data dari Bappenas (2019), sampah makanan di Indonesia bisa mencapai 48 juta ton setiap tahunnya. Hal ini setara dengan kerugian Rp551 triliun. Jumlah sampah makanan tersebut seharusnya dapat memberi makan 61 – 125 juta warga Indonesia.

Sampah makanan yang tidak dikelola akan menimbulkan bau serta berpotensi mencemari lingkungan. Sampah makanan juga banyak mengandung air dan padatan volatil. Sampah makanan merupakan salah satu jenis sampah yang mengandung kandungan organik tinggi. Hal ini menjadikan sampah makanan memiliki potensi untuk dikonversi menjadi biogas.

  Baca Juga : Harga LPG Naik: Coba Memasak dengan Bahan Bakar LFG

Mengenal Biogas

Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme dalam lingkungan bebas oksigen. Hal ini disebut juga dengan proses pencernaan anaerobik. Selain berasal dari sampah makanan, bahan organik dapat bersumber dari kotoran hewan dan manusia, tanaman, serta air limbah. Biogas sejatinya mengandung 50 – 70% metana, 30 – 40% karbon dioksida, dan gas-gas lain seperti uap air, hidrogen, hidrogen sulfida.

Pencernaan anaerobik dapat terjadi secara alami. Namun, untuk menghasilkan biogas secara optimal, dibutuhkan sebuah alat yang disebut dengan anaerobic digester. Alat ini dapat mengatur kondisi penguraian terjadi tanpa adanya oksigen. Dalam anaerobic digester juga dibutuhkan mikronutrien seperti besi, kobalt, dan zinc, serta makronutrien seperti karbon, nitrogen, serta sulfur. Nutrien dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme pengurai.

 Baca Juga : Hidup Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular Selama Ramadhan 

Biogas dengan Berbagai Kegunaannya

Biogas dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar bersih dan terbarukan. Biogas dapat mengurangi emisi gas rumah kaca, terutama metana yang memiliki potensi pemanasan global 28 kali dibandingkan karbon dioksida. Biogas dapat digunakan untuk memasak dan menghasilkan listrik. Biogas juga dapat menghasilkan panas sehingga biasanya digunakan sebagai sumber pemanas gedung terutama di negara 4 musim.

Biogas dapat diolah lebih lanjut menjadi biometana atau RNG (Renewable Natural Gas). RNG merupakan biogas yang kandungan karbon dioksida, air dan gas selain metananya dihilangkan. RNG dapat menjadi pengganti gas alam dan bahkan menawarkan keuntungan lebih besar karena tidak menghasilkan emisi karbon. RNG juga bisa diolah menjadi CNG (Compressed Natural Gas) ataupun LNG (Liquified Natural Gas). Kedua jenis olahan RNG ini dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan yang lebih ramah lingkungan.

Selain menghasilkan biogas, proses pencernaan anaerobik dari makanan sisa juga menyisakan padatan yang tidak terurai yang disebut dengan digestat. Digestat dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Maka, selain sampah makanan dapat dikurangi, tanaman perkebunan atau pertanian juga mendapatkan keuntungan.

Sumber: Photo by Gor Davtyan on Unsplash

Biogas Bukan Menjadi Alibi Buang-buang Makanan

Meskipun biogas dapat menjadi solusi dari masalah sampah makanan, kita tidak sepatutnya tidak acuh terhadap proses menghasilkan makanan. Masing-masing proses dalam rantai pasok makanan harus dilakukan seefisien dan sehati-hati mungkin agar tidak menghasilkan sampah makanan. Selama Ramadhan, sebagai masyarakat awam pun, pengolahan bahan makanan harus dilakukan dengan tepat. Menghabiskan makanan yang tersedia dalam piring makan kita juga salah satu upaya paling sederhana dalam mencegah sampah makanan.

 

Author

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *