Penanganan Dampak Lingkungan PLTS Terapung

Mirekel – Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung memiliki potensi tinggi di Indonesia. Potensi energi surya di Indonesia sangat besar. Komitmen untuk mengakselerasi transisi energi menjadikan variasi PLTS menjadi opsi utama dalam meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan. Namun, PLTS Terapung masih tergolong baru dibandingkan jenis PLTS lainnya.

Instalasi PLTS Terapung masih belum banyak dilakukan di Indonesia. Hal ini menjadikan tidak banyak referensi yang bisa digunakan untuk memulai pengadaan PLTS Terapung yang baru. Meskipun menawarkan kelebihan berupa pengurangan penggunaan energi fosil, dampak lingkungan PLTS Terapung masih menjadi kekhawatiran.

Baca Juga : PLTS Terapung: Terombang-ambing Demi Energi Terbarukan 

Penanganan Limbah PLTS Terapung 

Setiap pembangunan pasti akan menghasilkan limbah dalam prosesnya. Hal ini merupakan hal yang lumrah asalkan pengelolaan limbah dilakukan dengan baik dan benar. Limbah dapat dihasilkan di seluruh siklus hidup PLTS, namun utamanya pada proses konstruksi serta penutupan. Pada proses tersebut banyak dihasilkan limbah material.

Modul surya silikon kristal terdiri atas 75% kaca, 10% polimer, 8% aluminium, 5% silikon, 1% tembaga, dan komponen logam lainnya. Di antara logam-logam lain yang terkandung dalam modul surya terdapat timbal dan timah. Kedua jenis logam tersebut dapat menyebabkan masalah lingkungan karena membahayakan ekosistem lingkungan. Hal ini dapat diatasi dengan menangani material dengan tepat sehingga tidak terjadi kebocoran bahan modul yang bisa mencemari lingkungan. Namun, dalam konteks limbah material, terdapat banyak komponen lain yang bisa didaur ulang.

Baterai juga merupakan limbah B3 yang dihasilkan dari PLTS Terapung. Namun, limbah baterai tidak akan menjadi masalah besar jika pengelolaannya dilakukan dengan tepat. Pengelolaan limbah baterai bekas diatur dalam PP Nomor 101 Tahun 2014 serta Keputusan Bappedal Nomor 1 Tahun 1995. Kabel-kabel merupakan limbah yang akan dihasilkan dari pasca operasi PLTS. Kabel biasanya masih dapat dimanfaatkan kembali sehingga kabel harus disimpan di tempat yang aman.

Selain limbah padat, proses konstruksi PLTS Terapung juga akan menghasilkan air limbah. Limbah yang dihasilkan berpotensi mencemari badan air. Hal ini bisa diatasi dengan pengadaan drainase yang mencegah air limbah mengalir ke badan air.

Selain itu, selama pengoperasian, akan ada waktu pembersihan panel. Pembersihan panel menggunakan bahan pembersih yang akan terbuang ke badan air. Bahan pembersih panel PLTS Terapung harus dipertimbangkan agar tidak membahayakan ekosistem badan air. Apabila PLTS Terapung tidak memiliki jalur yang menghubungkannya langsung dengan daratan, proses pembersihan memerlukan kapal. Minyak bahan bakar kapal dapat mengalami kebocoran dan akan mempengaruhi ekosistem badan air.

Sumber: https://www.pexels.com

Meminimalisir Pengaruh Buruk PLTS Terapung terhadap Ekosistem Air

Adanya panel surya PLTS Terapung dapat mencegah badan air dari sinar matahari yang berlebihan. Hal ini merupakan hal yang baik terlebih jika ekosistem air akan terganggu akibat panas yang menyengat. Namun, hal ini dapat meningkatkan fenomena stratifikasi, yaitu terbaginya lapisan badan air secara horizontal berdasarkan suhu. Hal ini akan mengurangi keterlarutan oksigen yang berdampak pada organisme di dalam air.

Di sisi lain, keberadaan PLTS Terapung juga dapat meningkatkan panas di dalam air. Ekosistem dalam air dapat terganggu. Material-material yang digunakan pada infrastruktur PLTS juga berpotensi menjadi pencemar air. Bahan-bahan seperti logam berpotensi mengalami korosi akibat terkena air terus menerus. Korosi ini dapat terlepas dari material dan larut dalam air. Hal ini bisa disiasati dengan melapisi bagian panel surya dengan lapisan stainless steel yang tidak mudah korosi. Bahan yang digunakan juga bisa bersifat waterproof.

Untuk mengetahui dampak lingkungan PLTS Terapung terhadap kualitas air, dibutuhkan data kualitas badan air. Data-data ini dibandingkan antara sebelum diadakannya PLTS dan sesudahnya. Komparasi antara keduanya akan menggambarkan seberapa besar dampak lingkungan PLTS Terapung terutama terhadap kualitas badan air. Secara umum, parameter yang perlu dilakukan uji yaitu suhu, pH, oksigen terlarut, kandungan oksigen, konsentrasi alga, TSS (Total Suspended Solid), serta kandungan klorofil.

Baca Juga : Hutan, Solusi Krisis Iklim yang Terus Terancam 

Dampak Lingkungan Tidak Dipungkiri akan Terus Ada, Penanganannya Lebih Utama

Untuk menghindari pengaruh buruk PLTS Terapung terhadap lingkungan, perlu dilakukan Environmental Impact Assessment (EIA). EIA merupakan upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi dampak yang dihasilkan oleh seluruh siklus hidup PLTS, mulai dari pra konstruksi hingga decommissioning.

Pada tahap pra konstruksi dapat dilakukan survei untuk memastikan apakah lokasi sesuai digunakan sebagai PLTS Terapung. Yang tidak kalah penting dilakukan adalah berkomunikasi dengan masyarakat sekitar tentang rencana pengadaan PLTS Terapung. Di tahap konstruksi, mobilisasi material serta pengkondisian lokasi memerlukan perhatian khusus. Tahapan ini berpotensi menyebabkan polusi suara ataupun pencemaran lingkungan. Akan dihasilkan limbah konstruksi yang memerlukan penanganan khusus.

Pada kegiatan operasional, pemantauan terhadap ekosistem badanair harus dilakukan secara berkala. Pembersihan PLTS juga harus dilakukan secara hati-hati agar tidak malah merugikan badan air. Pada pasca operasi, pemulihan lingkungan menjadi pekerjaan rumah yang tidak bisa ditinggalkan. Kondisi lingkungan perlu dipulihkan seperti sedia kala agar keberlanjutan ekosistem dapat terjaga. 

Semua identifikasi dampak dan penanganannya juga harus sudah matang sejak perencanaan dan penyusunan dokumen lingkungan. PLTS berkapasitas kurang dari 1 MW wajib menyusun SPPL (Surat  Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup). Jika PLTS berkapasitas 1 – 50 MW, maka UKL/UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup) perlu disusun. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) juga dapat disusun sehingga dampak lingkungan PLTS bisa diminimalisir.

Author

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *