New Year New Me: Beralih ke Kendaraan Ramah Lingkungan

New Year New Me Beralih ke Kendaraan Ramah Lingkungan

Beberapa waktu lalu, Indonesia dikagetkan dengan meningkatnya kualitas udara Jakarta pada saat pandemi. Kebijakan untuk tetap tinggal di rumah mengurangi mobilitas warga sehingga emisi kendaraan pun semakin menurun. Dari skala 0 – 500, Air Quality Index Jakarta bisa mencapai nilai rata-rata 80, yang berarti kualitas udara bersifat moderat. Padahal, sebelum pandemi, kualitas udara Jakarta bisa mencapai nilai 195 yang berarti udara tidak sehat.

Kini, pandemi sudah mulai mereda. Masyarakat mulai beraktivitas seperti biasa. Sekolah diselenggarakan secara offline. Perkantoran mulai mengharuskan karyawannya untuk hadir di kantor. Para pedagang mulai menggelar kiosnya kembali. Terdapat sedikit kekhawatiran akan kualitas udara Jakarta ataupun Indonesia secara general menurun kembali.

Meskipun pandemi meningkatkan kualitas udara, namun ingat bahwa pandemi juga mempersulit banyak sektor kehidupan. Maka, pandemi bukanlah kunci dari perbaikan kualitas udara yang selama ini kita cari. Seharusnya, solusi yang harus dilakukan adalah transisi menuju mode transportasi yang efisien terhadap energi dan ramah lingkungan.

New Year New Me Beralih ke Kendaraan Ramah Lingkungan1
Sumber: Indonesia Nature Panorama – Free photo on Pixabay

Pendekatan Avoid-Shift-Improve

Dalam transisi menuju mode transportasi yang lebih hijau, terdapat sebuah pendekatan yang bisa dilakukan. seluruh lapisan masyarakat bisa berkontribusi dalam konsep pendekatan ini. Pendekatan itu terdiri atas 3 hal utama, yaitu avoid, shift, dan improve. Ketiga hal tersebut bermakna menghindari, beralih, dan meningkatkan.

  1.     Avoid

Avoid berarti menghindari. Hal ini bermakna kita bisa menghindari atau mengurangi kegiatan perjalanan yang menggunakan kendaraan tinggi emisi. Upaya ini dapat dilakukan dengan berbagai hal. Masing-masing individu masyarakat bisa berkontribusi dengan mengurangi keinginan dan kebutuhan untuk melakukan perjalanan. Hal ini sudah biasa dilakukan selama pandemi. Masyarakat dilatih untuk bepergian seperlunya saja. Kebiasaan ini perlu tetap diterapkan meskipun pandemi sudah usai.

Menghindari penggunaan kendaraan tinggi emisi juga bisa dilakukan dengan menggunakan kendaran non bahan bakar, seperti sepeda. Menariknya, selama pandemi, penggunaan sepeda oleh masyarakat meningkat, meskipun bukan bertujuan utama untuk bermobilisasi. Masyarakat mulai tertarik dengan sepeda karena bisa menjaga tubuh agar tetap bugar selama pandemi.

Aspek perencanaan pun termasuk dalam pendekatan avoid. Infrastruktur transportasi perlu didesain seramah mungkin bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda. Dengan begitu, masyarakat bisa lebih nyaman dalam bermobilisasi meskipun tidak dengan kendaraan bermotor. Jika masih memerlukan kendaraan bermotor, regulasi terkait tingkat emisi yang dihasilkan bisa ditetapkan. Peraturan tentang batas kecepatan, parkir, serta alokasi ruang jalan juga bisa diatur sedemikian rupa.

  1.     Shift

Pendekatan selanjutnya yaitu shift. Hal ini berarti bahwa masyarakat berganti ke mode transportasi yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Transportasi yang dimaksudkan bisa berupa kendaraan non bahan bakar, transportasi publik, ataupun kendaraan berbahan bakar energi baru terbarukan (EBT).

Meskipun sebagian besar transportasi publik berbahan bakar fosil, emisi yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan jika masing-masing orang menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini perlu diselaraskan dengan upaya pemerintah menciptakan kualitas transportasi publik yang nyaman bagi masyarakat. Seminimal mungkin, masyarakat bisa melakukan carpooling. Lebih awam, istilah yang biasa digunakan adalah nebeng.

Dari segi ekonomi, yang bisa dilakukan yaitu dengan mengadakan pajak untuk bahan bakar yang berbeda-beda. Subsidi juga bisa dibedakan berdasarkan efisiensi bahan bakar yang digunakan. Hal ini dilakukan dengan meninggikan subsidi bagi bahan bakar ramah lingkungan. Masyarakat bisa jadi terdorong untuk beralih ke kendaraan yang lebih efisien.

  1.     Improve

Pendekatan ketiga adalah improve. Improve ini perlu melibatkan berbagai proses dalam aspek transportasi. Dari hulu, yaitu produksi kendaraan, efisiensi produksi harus ditingkatkan. Di sisi yang lain yang masih merupakan proses hulu, yaitu perencanaan infrastruktur dan regulasi, juga perlu ditetapkan. Dalam konteks kendaraan listrik, perlu juga dipikirkan tentang stasiun charging, sehingga peningkatan yang dilakukan bersifat menyeluruh.

New Year New Me Beralih ke Kendaraan Ramah Lingkungan2
Sumber: Electric Car Automobile Carsharing – Free photo on Pixabay

 

Baca Juga : Ekspor Batu Bara Berhenti, Apakah EBT Segera Jadi Solusi?

 

Mempertahankan Kualitas Udara Pasca Pandemi

Meskipun kualitas udara sempat membaik saat pandemi, bukan berarti pandemi harus terus terjadi agar udara Indonesia baik. Perlu ada usaha lain yang harus dilakukan untuk mempertahankan pencapaian Indonesia dalam menciptakan kualitas udara yang tinggi. Transisi menuju transportasi yang ramah lingkungan adalah salah satu caranya.

Pandemi yang usai menjadikan kita harus bermobilisasi dan melakukan aktivitas secara aktif. Dengan transisi menuju transportasi ramah lingkungan, produktivitas tetap bisa dilakukan dan kualitas lingkungan bisa terjaga. Mari kita menyambut tahun yang baru ini dengan upaya untuk mengurangi emisi karbon dari aspek transportasi.

 

Sumber:

  1. (2021). 2021-twg_2-062321.pdf (un.org)

Kemenhub RI. (2021). Kendaraan Listrik Masa Depan Transportasi Indonesia (dephub.go.id)

 

 

 

 

 

Author

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *