Gerakan Satu Juta Pohon untuk Biodiesel di Indonesia
Setiap tanggal 10 Januari, masyarakat dunia memperingati Hari Sejuta Pohon Sedunia. Bukan tanpa alasan, peringatan ini bertujuan untuk mengingatkan manusia akan betapa pentingnya peran pohon bagi kehidupan. Pohon dapat menjadi sumber pangan manusia. Banyak bagian rumah yang berasal dari pohon. Pohon juga sangat berperan dalam menyuplai oksigen dan menyerap gas karbon dioksida sehingga memungkinkan adanya kehidupan di bumi.
Manusia dikaruniai akal yang dapat diberdayakan untuk berpikir. Oleh karena itu, pada tahun 1990-an, manusia mulai meneliti fungsi pohon yang lain. Ditemukan bahwa ternyata pohon bisa menopang kebutuhan bahan bakar manusia, namun bukan dengan cara dibakar saja. Penelitian ini terus dilakukan terlebih sumber daya alam yang berfungsi sebagai bahan bakar semakin sedikit dan tidak ramah lingkungan.
Bahan Bakar Nabati Makin Banyak Digemari
Bahan bakar yang berasal dari bahan alami, termasuk pohon, disebut juga dengan biofuel. Biofuel juga disebut dengan Bahan Bakar Nabati (BBN). BBN digadang-gadang menjadi solusi terkini dalam menyelesaikan masalah bahan bakar negeri. Berkedok dari bahan alami, BBN diharapkan bisa digunakan secara lebih masif di Indonesia.
Pemerintah berencana mengimplementasikan Program Mandatori BBN. Program ini merupakan upaya pemerintah dalam memenuhi target pengurangan emisi yang sebesar 29% di tahun 2030. Tidak hanya itu, program ini bertujuan untuk memenuhi target kontribusi energi baru terbarukan sebagai 23% di tahun 2025. Program Mandatori BBN diharapkan bisa mengurangi konsumsi serta BBM yang tidak ramah lingkungan. Karena sebagian besar BBN berbahan kelapa sawit, maka stabilisasi harga crude palm oil jug ingin diwujudkan dari program ini.
Terdapat berbagai cara menghasilkan BBN. Cara pertama yaitu dengan membakar limbah organik kering. Pembakaran ini akan menghasilkan panas yang dapat menjadi sumber energi. Cara yang lain yang bisa dilakukan untuk menghasilkan biofuel adalah dengan fermentasi sampah organik yang kaya akan metana. Fermentasi dilakukan tanpa mengikutsertakan oksigen. Gas yang dihasilkan bisa menjadi sumber energi yang disebut juga dengan biogas. Selain itu, fermentasi juga bisa dilakukan pada tanaman tebu dan jagung. Akan dihasilkan alkohol dan ester.
Terdapat pula BBN yang berupa biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar nabati yang berupa minyak yang berasal dari pohon-pohon tertentu. Jenis bahan bakar ini dinamakan biodiesel karena komposisinya mirip dengan diesel mineral. Beberapa tanaman yang bisa digunakan sebagai biodiesel antara lain kelapa sawit, jarak pagar, kelapa, bahkan kelor. Selain itu, siur, kepoh, randu alas, nimba, dan saga hutan pun bisa dijadikan sebagai bahan baku biodiesel. Namun, kelapa sawit bagaikan pilihan nomor satu dalam menghasilkan biodiesel di Indonesia, Hal ini karena pembudidayaan sawit sudah baik.
Sejauh ini, penggunaan biodiesel masih dilakukan dengan pencampuran diesel mineral. Terdapat beberapa istilah seperti B20 atau B30. Istilah ini menunjukkan kadar pencampuran biodiesel dengan solar. B20 artinya pada solar terdapat campuran biodiesel sebanyak 20%, sedangkan B30 sebesar 30%.
Baca Juga : New Year New Me: Beralih ke Kendaraan Ramah Lingkungan
Mengapa Biodiesel?
Penggunaan biodiesel diharapkan bisa mengurangi dampak lingkungan bahan bakar. Biodiesel bersifat biodegradable. Dalam menghasilkan emisi, B30 memiliki nilai emisi karbon monoksida yang lebih kecil 25,35% dan NOx serta THC sebesar 10,82%. Tidak hanya itu, biodiesel menghasilkan partikulat yang lebih kecil 42,02% dibandingkan dengan partikulat hasil pembakaran solar. Opasitas yang dihasilkan pun berkurang 23,5%. Kandungan sulfur pada biodiesel juga lebih rendah.
Dari sektor ekonomi, biodiesel ternyata mampu memberikan manfaat kepada Indonesia. Peningkatan penghematan devisa untuk keperluan solar bisa meningkat di 3 tahun terakhir. Pada tahun 2018, adanya program B20 bisa menghasilkan penghematan devisa kurang lebih 26 triliun rupiah. Di tahun 2020, B30 bisa menghemat devisa sebesar hampir 43 triliun rupiah.
Tidak hanya itu, lapangan kerja yang dihasilkan oleh program penggunaan biodiesel juga semakin tinggi. Hal ini tentu bisa menyejahterakan lebih banyak masyarakat di Indonesia. Petani sawit merasa diuntungkan dengan adanya geliat biodiesel di Indonesia karena bahan baku biodiesel kebanyakan berupa kelapa sawit.
Kiprah Biodiesel di Indonesia
Standar produksi biodiesel sudah ditetapkan sedemikian rupa dalam Kepdirjen EBTKE No. 197 K/10/DJE/2019. Kepdirjen ini menjelaskan tentang Spesifikasi BBN Jenis Biodiesel Sebagai Bahan Bakar Lain yang Dipasarkan di Dalam Negeri. Adanya Kepdirjen ini menjadi dasar bagi perusahaan bahan bakar untuk menghasilkan biodiesel.
Dilakukan pula Program Mandatori B30 yang mewajibkan pencampuran 30% biodiesel dengan 70% solar. Program ini muncul setelah melihat keberhasilan Program B20. Hal ini juga menjadi peningkatan dalam performa penggunaan biodiesel yang semakin waktu berjalan kadar yang digunakan semakin besar.
Pemerintah sudah andil besar dalam penggunaan biodiesel di Indonesia. Telah disusun Peraturan Menteri ESDM No. 12 pada tahun 2015. Di dalam peraturan tersebut telah diatur sedemikian rupa penggunaan biodiesel di berbagai sektor bisnis. Diharapkan bahwa seluruh sektor tersebut bisa mendukung penggunaan biofuel, terutama jenis biodiesel.
Sumber:
UII. (2020). Perbedaan Biofuel dan Biodiesel – Universitas Islam Indonesia (uii.ac.id)
BPPT. Biodiesel FAQ (bppt.go.id)
Kementerian ESDM RI. Direktorat Jenderal EBTKE – Kementerian ESDM