gen z

Gen Z dan Milenial Tak Lagi Minati Investasi ESG

Mitra Rekayasa Keberlanjutan Generasi Z (Gen Z) adalah kelompok individu yang lahir sekitar tahun 1997 hingga 2012. Gen Z tumbuh dalam era digital dengan kecenderungan mandiri, inklusif, dan memiliki kemampuan multitasking serta ketertarikan dalam wirausaha. Mereka cenderung responsif terhadap pembelajaran visual dan memiliki kesadaran terhadap isu-isu sosial dan lingkungan. Mirip dengan Gen Z, generasi sebelumnya yaitu Generasi Milenial adalah kelompok generasi yang lahir antara 1981 hingga 1996. Milenial ditandai dengan keterlibatan tinggi dalam teknologi, keterlibatan sosial, pencarian makna dalam pekerjaan, serta kecenderungan menuju fleksibilitas, inovasi, dan kesadaran lingkungan. Meskipun lintas generasi, Gen Z dan Millenial memiliki kesamaan dalam hal kesadaran terhadap isu–isu sosial dan lingkungan, termasuk dalam menentukan investasi.

Investasi Berkelanjutan di Mata Gen Z dan Milenial

Dalam payung Investasi Berkelanjutan, baik Gen Z maupun Milenial sangat mendukung investasi yang bertanggung jawab terhadap sosial (Social Responsible Investing). Menurut survei KPMG, sepertiga dari Generasi Z menyatakan menolak tawaran pekerjaan karena merasa tidak cocok dengan kredensial hijau perusahaan. Gen Z paling menganggap penting hubungan antara “nilai (value) dan tujuan (goals)” pribadi dengan organisasi tempat mereka bekerja. Hal ini dibuktikan dengan 92% setuju dengan pernyataan tersebut. Tidak hanya itu, Milenial merupakan kelompok yang paling menghargai komitmen Environmental, Social, and Governance (ESG) perusahaan mereka (55%), diikuti oleh Gen Z dengan 51%.

Sumber: (ESG 101 | Breckinridge Capital Advisors)

Berbicara mengenai ESG, konsep ini merupakan seperangkat kriteria pelibatan dimensi lingkungan, sosial, dan tata kelola yang dapat memiliki dampak material terhadap kinerja bisnis. Lebih dari 70% investor dunia saat ini menggunakan pertimbangan ESG untuk menilai risiko dan peluang, serta memasukan ESG ke dalam keputusan investasi. Investasi ESG semakin marak karena didorong oleh bukti bahwa bisnis yang merangkul ESG dapat melebihi kinerja dari pesaing mereka. Salah satu contoh keputusan investasi ESG misalnya perusahaan memilih menjauhi vendor yang menggunakan bahan bakar fosil. Perusahaan tersebut memilih menggunakan vendor yang sejalan dengan strategi net-zero emissions.

Turunnya Minat terhadap Investasi ESG

Namun sayangnya, dengan investasi ESG menjadi sasaran politik, semakin sedikit investor muda yang memiliki kepedulian yang kuat terhadap masalah lingkungan dan sosial. Mereka juga kurang bersedia mengorbankan keuntungan investasi untuk mendukung inisiatif-inisiatif ini. Temuan dari sebuah survei pada tahun 2023 menunjukkan bahwa preferensi investasi ESG Gen Z dan Milenial (18 – 41 tahun) turun secara signifikan dari tahun 2022. Gen Z dan Milenial yang menyatakan “sangat prihatin” tentang isu lingkungan turun dari 70% (2022) menjadi 49% (2023). Penurunan serupa juga terjadi pada isu sosial dan tata kelola. Investor muda yang “sangat prihatin” tentang isu sosial turun dari 65% (2022) menjadi 53% (2023). Penurunan pada isu tata kelola pun turun dari 64% (2022) menjadi 47% (2023).

 

Sumber: (2023 Survey of Investors, Retirement Savings, and ESG)

Temuan ini muncul di tengah kritik politik terhadap investasi ESG yang mungkin memengaruhi investor dari segala usia. Dari responden Gen Z dan Milenial, 62%-nya menyatakan bahwa Investasi ESG itu “sangat penting”. Meskipun masih mayoritas menganggap Investasi ESG penting, angka tersebut merupakan penurunan signifikan dari 82% pada tahun 2022. Dari responden Gen Z, 50% menyebutkan pengaruh manajemen pada isu sosial “sangat penting” atau “sangat penting sekali”. Namun, angka ini turun dari 66% pada tahun 2022.

David F. Larcker dari Stanford Graduate School of Business menyebut bahwa terjadi penurunan dukungan terhadap ESG selama setahun terakhir di kalangan investor muda. Selain itu, tampaknya investor muda kurang bersedia untuk mempertaruhkan uang mereka sesuai dengan ucapan mereka. “Lebih banyak investor yang tidak bersedia untuk secara pribadi menanggung risiko untuk memajukan perubahan lingkungan dan sosial,” tulis Larcker. “Mereka mungkin menginginkan kondisi di sekitar mereka berubah, tetapi mereka tidak ingin itu menguras kantong mereka.”

Baca Juga : Menuju Pemilu 2024: Urgensi Memilih Pemimpin Pro-Lingkungan

 Menuju Lebih dari ESG: Impact Investing

Investasi ESG beroperasi sebagai kerangka kerja untuk menilai risiko dan peluang materil bagi perusahaan. Sementara itu, Impact Investing (Investasi Dampak) adalah strategi investasi yang berusaha menciptakan manfaat sosial atau lingkungan spesifik dan dapat diukur. Keuntungan finansial adalah manfaat tambahan dari investasi dampak, bukan komponen yang wajib ada. Para investor dampak sering bersedia mengorbankan sejumlah pengembalian keuangan sebagai ganti untuk mencapai hasil khusus dalam mencapai suatu target sosial dan lingkungan.

Prinsip utama dari investasi dampak adalah “kesengajaan”, yaitu tujuan eksplisit untuk menghasilkan dampak tertentu dari investasi. Secara inheren, investasi bersifat proaktif dan fokus pada pencapaian tujuan tertentu tanpa mempertimbangkan aktivitas masa lalu organisasi. Komponen utama lain dari investasi dampak adalah komitmen untuk mengukur dan melaporkan dampak investasi mereka, mengutamakan transparansi dan akuntabilitas.

Baik investasi ESG ataupun dampak, keduanya dapat digunakan untuk memajukan dampak sosial dan lingkungan. Untuk mewujudkan aksi nyata investasi dampak, para investor muda (Gen Z atau Milenial) perlu untuk memahami lebih dalam cara mewujudkan hasil sosial dan/atau lingkungan tertentu. Selain itu, para investor muda perlu merencanakan peta jalan dalam pelaksanaan investasi berdampak sehingga dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik dan menghasilkan nilai jangka panjang.

Author

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *