Revolusi Energi Hijau: Bagaimana Indonesia Menuju Kemandirian Energi
PT. Mitra Rekayasa Keberlanjutan – Revolusi energi hijau mengacu pada pergeseran dari ketergantungan pada bahan bakar fosil menuju pemanfaatan sumber energi terbarukan seperti matahari, angin, dan air. Tujuannya adalah untuk mengurangi emisi karbon, mengatasi perubahan iklim, dan menciptakan sistem energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Indonesia dapat menghindari risiko fluktuasi harga dan pasokan energi global yang tidak stabil dengan cara mengurangi ketergantungan pada impor energi. Hal ini sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Transisi menuju kemandirian energi sejalan dengan upaya untuk mewujudkan ekonomi hijau. Dengan berinvestasi dalam energi terbarukan, Indonesia dapat menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan sektor-sektor baru yang berkelanjutan. Hal ini juga akan membantu mengurangi emisi karbon dan dampak negatif terhadap lingkungan.
Sumber foto: data.goodstats.id
Mengacu pada laporan Statistical Review of World Energy 2023 yang dirilis Energy Institute beberapa waktu lalu, konsumsi Energi Baru Terbarukan (EBT) selain yang menggunakan air, secara global tahun 2022 mencapai 7,5% dari konsumsi seluruh energi. Nilai tersebut meningkat hampir 1% dibanding tahun sebelumnya. EBT juga membangkitkan sekitar 14% listrik secara global pada 2022. Sejalan dengan hal tersebut, perkembangan EBT di Indonesia juga menunjukkan tren positif, baik dari segi konsumsi maupun jumlah energi yang dibangkitkan. Pada 2022, konsumsi EBT memiliki proporsi sekitar 7,57% dari konsumsi energi Indonesia secara keseluruhan.
Jika meninjau sisi energi yang berhasil dibangkitkan, hasil energi yang dibangkitkan pembangkit EBT Indonesia juga kian meningkat. Setelah cukup stagnan pada 2012-2017 di sekitar nilai 90-120 Petajoule (PJ), energi yang berhasil dibangkitkan meningkat signifikan pada 2018 menjadi 270 PJ, begitu pula pada tahun 2019. Memasuki tahun 2020, kembali terjadi peningkatan menjadi 290 PJ. Peningkatan terus terjadi pada 2021 (320 PJ), hingga terbaru pada 2022 meningkat 22,2% dan mencapai 390 PJ.
Indonesia menuju kemandirian energi melalui beberapa upaya strategis yang dilakukan oleh pemerintah. Adapun beberapa langkah penting yang diambil untuk mencapai kemandirian energi nasional, antara lain sebagai berikut.
1. Eksplorasi dan Produksi Migas
Sumber foto: Eonchemicals
Indonesia meningkatkan eksplorasi dan produksi migas untuk meningkatkan cadangan minyak dan gas bumi. Hal ini dilakukan melalui teknik-teknik seperti Enhanced Oil Recovery (EOR), work-over, infill drilling, dan intensifikasi penawaran wilayah kerja migas baru.
2. Peningkatan Kapasitas Infrastruktur
Sumber foto: TrenAsia
Pemerintah Indonesia meningkatkan kapasitas infrastruktur migas dengan mendorong pembangunan kilang di dalam negeri, serta infrastruktur distribusi gas seperti Floating Storage Regasification Unit (FSRU) di Jawa dan Sumatra, small scale LNG receiving terminal di East Halmahera, mini LPG plant di Muba, gas kota, dan gas transportasi.
3. Pengembangan Migas Unconventional
Sumber foto: Dunia Energi
Indonesia juga mengembangkan migas unconventional seperti gas metana batubara (CBM), shale gas, oil sand, tight gas, dan biogenic gas. Contohnya, identifikasi potensi shale gas telah dilakukan di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Papua.
4. Upaya Konservasi
Sumber foto: Petrominer
Upaya konservasi migas dilakukan dengan menekan konsumsi BBM, memanfaatkan flare gas, dan meningkatkan efisiensi. Selain itu, pemerintah juga mengalihkan subsidi BBM ke subsidi langsung dan mendorong konsumen gas dalam negeri untuk membeli gas pada harga ekonomis.
5. Transisi Energi Baru Terbarukan (EBT)
Sumber foto: PLN
Transisi energi baru terbarukan menjadi salah satu upaya penting untuk menjaga ketahanan energi dan mewujudkan ekonomi hijau. Pemerintah meningkatkan bauran EBT hingga 23% di tahun 2025 dan target 31% di tahun 2030. Implementasi biodiesel B35 mulai Februari 2023 dan rencana implementasi biodiesel B50 diharapkan meningkatkan penggunaan bahan bakar nabati (biofuel).
6. Implementasi Biodiesel B50
Sumber foto: Warta Ekonomi
Program biodiesel B50 diimplementasikan untuk meningkatkan independensi energi nasional. Ini melibatkan campuran antara solar dengan minyak sawit yang dikonversi menjadi biodiesel. Proses ini diantisipasi akan meningkatkan dampak ekonomi dan politik bagi negara.
Kesimpulan
Indonesia telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam pengembangan energi terbarukan. Konsumsi energi terbarukan di Indonesia terus meningkat, seiring dengan peningkatan kapasitas pembangkit listrik tenaga terbarukan. Pemerintah juga telah mengambil langkah-langkah strategis untuk mendukung transisi energi, seperti eksplorasi sumber daya migas, peningkatan infrastruktur, pengembangan energi non-konvensional, konservasi energi, dan percepatan penggunaan energi baru terbarukan.
Baca juga: Kota Pintar, Lingkungan Hijau: Solusi Urbanisasi yang Berkelanjutan
Salah satu langkah penting adalah implementasi biodiesel B50 yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada minyak bumi dan meningkatkan penggunaan minyak sawit dalam negeri. Dengan berbagai upaya ini, Indonesia semakin dekat untuk mencapai target kemandirian energi dan mewujudkan ekonomi hijau yang berkelanjutan.
Referensi
esdm.go.id. (2011). Enam Upaya Indonesia Mencapai Kemandirian Energi.
ekon.go.id. (2013). Antisipasi Krisis Energi dan Upayakan Kemandirian Energi, Pemerintah Tingkatkan Bauran Energi Baru Terbarukan.
kalsel.antaranews.com. (2024). Indonesia bersiap menuju kemandirian energi Nasional.