Revolusi Teknologi Digital untuk Keberlanjutan Lingkungan
PT. Mitra Rekayasa Keberlanjutan – Revolusi teknologi digital telah menjadi salah satu pendorong utama perubahan di berbagai sektor, termasuk dalam upaya mencapai keberlanjutan lingkungan. Transformasi digital tidak hanya mengubah cara kita berinteraksi dengan teknologi, tetapi juga mempengaruhi cara kita memahami dan mengelola sumber daya alam. Dengan kemajuan dalam teknologi informasi dan komunikasi, kita kini memiliki alat yang lebih canggih untuk memantau, menganalisis, dan mengelola dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan. Hal ini sangat penting mengingat tantangan lingkungan yang semakin kompleks, seperti perubahan iklim, penurunan keanekaragaman hayati, dan pencemaran.
Digitalisasi menawarkan peluang untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dan mengurangi limbah. Misalnya, teknologi sensor dan Internet of Things (IoT) memungkinkan pengumpulan data real-time yang dapat digunakan untuk memantau kualitas udara, penggunaan energi, dan kondisi ekosistem. Dengan informasi ini, pengambil keputusan dapat membuat kebijakan yang lebih baik dan lebih responsif terhadap kebutuhan lingkungan. Namun, dibalik manfaat tersebut, terdapat tantangan signifikan terkait dampak lingkungan dari teknologi itu sendiri. Berikut adalah gambar jejak perkembangan teknologi pada lingkungan.
Sumber foto: Greeneration Foundation
Berikut beberapa tantangan yang signifikan terkait dampak lingkungan dari teknologi digital, diantaranya
1. Jejak Karbon Tinggi
Sumber foto: detik.com
Teknologi digital, terutama melalui pusat data dan komputasi awan, berkontribusi besar terhadap emisi karbon. Pusat data yang menyimpan dan memproses informasi memerlukan energi yang sangat besar, sehingga meningkatkan jejak karbon secara signifikan. Misalnya, pada tahun 2019, teknologi digital menghasilkan jejak karbon sebanyak 223 juta ton akibat konsumsi energi yang tinggi.
2. Limbah Elektronik
Sumber foto: Citarum Harum
Perkembangan teknologi digital juga menyebabkan peningkatan limbah elektronik. Dengan cepatnya inovasi dan pembaruan perangkat, banyak konsumen cenderung mengganti perangkat mereka lebih sering, menghasilkan timbunan sampah elektronik yang sulit dikelola.
3. Konsumsi Energi Berlebihan
Sumber foto: adjar id – Grid ID
Penggunaan perangkat digital sehari-hari, seperti smartphone dan komputer, juga berkontribusi pada konsumsi energi yang tinggi. Pengisian daya dan operasional perangkat ini memerlukan sumber energi yang tidak sedikit, berpotensi meningkatkan emisi karbon jika sumber energi tersebut berasal dari bahan bakar fosil.
4. Dampak Lingkungan dari Proses Manufaktur
Sumber foto: Merdeka.com
Proses manufaktur perangkat digital melibatkan ekstraksi bahan mentah dan penggunaan bahan kimia berbahaya, yang dapat merusak lingkungan. Selain itu, transportasi produk dari pabrik ke konsumen juga menambah jejak karbon keseluruhan.
5. Ketergantungan pada Energi Tidak Terbarukan
Sumber foto: Quipper
Banyak infrastruktur teknologi masih bergantung pada sumber energi tidak terbarukan. Meskipun ada upaya untuk beralih ke energi terbarukan, transisi ini belum sepenuhnya terjadi di semua sektor industri teknologi.
Dengan adanya banyak tantangan, diperlukan praktik sebagai bentuk mengurangi dampak negatif, adapun beberapa praktik terbaik diantaranya sebagai berikut.
1. Efisiensi Energi pada Infrastruktur
Sumber foto: Strong Indonesia
Meningkatkan efisiensi energi di pusat data dan infrastruktur komputasi awan adalah langkah krusial. Ini dapat dilakukan dengan mengoptimalkan konfigurasi perangkat keras dan perangkat lunak untuk mengurangi konsumsi energi, dan juga menerapkan desain yang hemat energi pada pusat data seperti penggunaan pendinginan yang efisien dan teknologi server yang lebih hemat energi.
2. Menggunakan Energi Terbarukan
Sumber foto: CNN Indonesia
Transisi ke sumber energi terbarukan sangat penting untuk mengurangi emisi karbon. Langkah-langkah yang dapat diambil meliputi, pemanfaatan tenaga surya, angin, dan sumber daya terbarukan lainnya untuk menggerakkan infrastruktur digital, lalu mendorong kebijakan yang mendukung penggunaan energi terbarukan di sektor teknologi.
3. Praktik Manufaktur Berkelanjutan
Sumber foto: liputan6.com
Perusahaan harus menerapkan praktik manufaktur berkelanjutan untuk mengurangi dampak lingkungan dari produk digital, seperti mengadopsi prinsip ekonomi sirkular dengan memprioritaskan daur ulang dan penggunaan kembali bahan baku, selalu gunakan bahan baku yang tidak beracun dan memiliki dampak rendah terhadap lingkungan selama proses produksi.
4. Penggunaan yang Bijak
Sumber foto: Rheem
Konsumen juga memiliki peran penting dalam mengurangi dampak negatif teknologi digital dengan cara meningkatkan kesadaran tentang dampak lingkungan dari penggunaan perangkat digital dan mendukung penggunaan perangkat secara bijak.
5. Mendukung Perusahaan Berkelanjutan
Sumber foto: Dana Mitra Lingkungan
Sebagai konsumen, mendukung perusahaan yang memprioritaskan keberlanjutan sangatlah penting. Ini dapat dilakukan dengan berinvestasi di perusahaan yang menerapkan praktik ramah lingkungan dan berkomitmen pada keberlanjutan. Tidak lupa untuk selalu membeli produk dari perusahaan yang menggunakan desain berkelanjutan dan memiliki kebijakan ramah lingkungan.
6. Desain Berkelanjutan
Sumber foto: Arginuring Arsitek
Mengintegrasikan prinsip desain berkelanjutan dalam pengembangan produk adalah kunci untuk mengurangi dampak negatif. Beberapa prinsip desain berkelanjutan meliputi:
Recyclability and Reusability: Memastikan bahwa produk dapat didaur ulang dan digunakan kembali setelah masa pakainya berakhir.
Low Impact Material: Menggunakan bahan baku yang berdampak rendah terhadap lingkungan.
Kesimpulan
Hubungan kompleks antara kemajuan teknologi digital dan keberlanjutan lingkungan. Di satu sisi, digitalisasi menawarkan solusi inovatif untuk mengatasi tantangan lingkungan, seperti pemantauan lingkungan yang lebih efektif dan efisiensi dalam penggunaan sumber daya. Namun, di sisi lain, teknologi digital juga menimbulkan sejumlah tantangan baru, terutama terkait dengan konsumsi energi yang tinggi, produksi limbah elektronik, dan dampak lingkungan dari proses manufaktur.
Baca juga: Revolusi Energi Hijau: Bagaimana Indonesia Menuju Kemandirian Energi
Solusi yang ditawarkan mencakup berbagai aspek, mulai dari tingkat individu hingga tingkat industri. Pentingnya efisiensi energi, penggunaan energi terbarukan, praktik manufaktur berkelanjutan, dan kesadaran konsumen menjadi sorotan utama. Desain produk yang berkelanjutan juga dianggap sebagai kunci untuk mengurangi dampak lingkungan dari teknologi digital.
Referensi
dbs.id. (2024). Dampak Teknologi Digital Terhadap Lingkungan & Cara Mengurangi Bahayanya.
greeneration.org. (2023). Perkembangan Teknologi & Keberlanjutan Lingkungan