Perjalanan dan Pandangan Dunia Terhadap ESG

PT. Mitra Rekayasa Keberlanjutan – Dalam beberapa dekade terakhir, konsep ESG (Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola) telah mengalami perkembangan pesat di dunia bisnis dan keuangan. Melalui ESG, perusahaan dan pemangku kepentingan di seluruh dunia dapat memahami lebih dalam pengaruh lingkungan, sosial dan ekonomi untuk menghadapi tantangan masa depan dengan lebih berkelanjutan.
Sejarah ESG
(sumber foto: pixabay)
Pemahaman tentang ESG bermula pada era 1960-an dan 1970-an, yang dimana merupakan awal mula dari peningkatan terhadap perhatian masalah lingkungan dan sosial. Dengan begitu, momen inilah yang menjadi awal dari terbentuknya ESG di lapisan masyarakat dan industri. Sementara itu, pada tahun 2004 pada sebuah laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berjudul ”Who Cares Wins” merupakan media umum yang pertama kali memaparkan konteks dari ESG secara luas dalam konteks modern. Dengan begitu, ESG menjadi formula pendekatan baru dalam bidang bisnis dalam mengedepankan keberlanjutan dengan tujuan agar perusahaan dapat berkembang di masa depan secara terus-menerus.
Baca Juga : Sejarah dan Perjalanan Awal ESG Dari Masa ke Masa
Apa itu ESG?
Secara definisi, ESG merupakan suatu konsep atau rangkai kerja yang berfokus kepada tiga aspek yaitu lingkungan, sosial dan tata kelola dalam tujuan untuk dapat melakukan penilaian terhadap pengelolaan perusahan dari aspek pengaruh lingkungan terhadap keberlanjutan bisnis, peran sosial serta tata kelola perusahaan dalam menjalankan bisnis di perusahaan. Selain itu, ESG juga memiliki peran penting dalam melakukan pengambilan keputusan dan investasi. Terdapat tiga jenis kriteria dalam penerapan ESG, yaitu :
1. Lingkungan (Environment)
Kriteria ini berfokus kepada bagaimana kinerja dalam suatu perusahaan dalam menjaga alam dengan baik. Cakupan dalam kriteria ini seperti, pengelolaan limbah, konservasi sumber daya alam, penanganan polusi yang terjadi disekitar lingkungan perusahaan, dan penggunaan serta pengelolaan sumber energi pada perusahaan. Selain itu, kriteria lingkungan juga berperan dalam membantu perusahaan untuk meninjau dan mengevaluasi dampak lingkungan yang terjadi serta bagaimana cara menanggulangi resiko tersebut untuk keberlanjutan bisnis.
2. Sosial (Social)
Kriteria ini bertitik berat kepada bagaimana relasi pihak perusahaan dengan para anggota karyawan, pelanggan, pemasok serta komunitas yang terlibat pada berjalannya perusahaan. Hal-hal yang dicakup pada kriteria ini seperti keamanan dalam bekerja, hak asasi manusia, keberagaman dalam perusahaan atau organisasi, keadilan serta keselamatan kerja.
3. Tata Kelola (Governance)
Kriteria ini berfokus kepada penilaian bagaimana suatu perusahaan melakukan penerapan pengambilan keputusan bisnis yang efektif dan bertanggung jawab pada segala aspek. Kriteria ini lebih ditujukan kepada pihak eksternal perusahaan dalam keberlanjutan perusahaan seperti transparansi, akuntabilitas, manajemen keuangan dan kebijakan anti korupsi dan sebagainya.
Dengan begitu, penerapan ketiga kriteria ini adalah sebuah keharusan pada perusahaan dalam mengimplementasikan konsep ESG pada bisnis mereka dan memenuhinya agar keberlanjutan perusahaan dapat lebih terukur dan seimbang dari berbagai aspek.
Baca Juga : Situasi dan Tantangan Perjalanan ESG di Indonesia
Bagaimana ESG di Dunia?
Seiring dengan perkembangan zaman, penerapan ESG pada bidang industri semakin banyak diminati. Hal ini dikarenakan banyaknya perusahaan yang mulai menyadari seberapa pentingnya penerapan ESG dalam keberlangsungan perusahaan mereka. Selain itu, perusahaan di berbagai belahan dunia juga menerapkan ESG sebagai kerangka kerja untuk membantu para pemangku kepentingan dalam memperhatikan dan menilai dampak lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan.
Di negara maju, penerapan ESG sudah banyak diterapkan pada perusahan-perusahaan besar di Amerika serikat seperti Apple, Microsoft dan Amazon yang telah mengimplementasikan ESG dalam investasi dan praktik bisnisnya serta menempatkan keberlanjutan dan tanggung jawab pada aspek sosial sebagai prioritas utama dalam pengambilan keputusan pada perusahaan tersebut. Contoh lainnya pada Uni Eropa yang menerapkan ESG dengan menerbitkan regulasi yang mencakup berbagai macam persyaratan pelaporan ESG dan pemaparan informasi ESG secara transparan.
Baca Juga : AMF dalam IAIA23: Mewujudkan Ketahanan yang Berkelanjutan
Bagaimana Penerapan ESG di ASEAN?
Berbeda halnya dengan negara maju, penerapan ESG di negara ASEAN masih belum merata di setiap negaranya. Hal ini dikarenakan banyak faktor seperti investasi pada bidang lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan masih tergolong kurang dimanfaatkan secara efektif di perusahaan pada negara ASEAN, kondisi ekonomi, politik, sosial pada setiap negara yang berbeda-beda. Walaupun begitu, terdapat beberapa negara ASEAN yang sudah dan berhasil menerapkan prinsip ESG antara lain, Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina.
Oleh karena itu, masih diperlukannya sosialisasi serta dukungan dari berbagai pihak untuk setiap negara dapat menerapkan ESG secara menyeluruh. Dengan menerapkan ESG, tentunya membuka peluang negara di ASEAN untuk memiliki daya saing lebih besar, meningkatkan produktivitas perusahaan, peningkatan manajemen risiko dan menggaet investor untuk waktu jangka panjang nantinya.