Integrasi ESIA dan ESMS dengan Efektif dan Efisien
PT Mitra Rekayasa Keberlanjutan – Environmental and Social Impact Assessment (ESIA) ESIA merupakan suatu proses penting yang mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi dampak lingkungan dan sosial dari proyek atau pembangunan yang diajukan. ESIA bertujuan untuk memastikan bahwa dampak negatif dapat diidentifikasi dan diminimalkan atau dihindari sama sekali. ESIA sering kali merupakan tahap yang diperlukan dalam proses perizinan untuk proyek pembangunan skala besar. Namun, bahkan dengan ESIA yang sempurna, masalah lingkungan dan sosial masih dapat timbul. Hal ini terjadi jika ESIA tidak terintegrasi secara efektif ke dalam Sistem Manajemen Lingkungan dan Sosial (Environmental and Social Management System/ESMS).
Mengenal Environmental and Social Management System (ESMS)
ESMS merupakan kerangka kerja yang memberikan panduan untuk mengelola risiko lingkungan dan sosial suatu proyek. Sistem Ini dirancang untuk memastikan bahwa dampak dapat diidentifikasi, dikelola, dan dipantau dengan efektif sepanjang siklus hidup suatu proyek. ESMS biasanya mencakup prosedur perencanaan, implementasi, pemantauan, dan pelaporan, serta kerangka kerja untuk perbaikan yang berkelanjutan.
ESMS meliputi serangkaian kebijakan, prosedur, dan praktik terstruktur. Dengan menerapkan ESMS, perusahaan dapat mengurangi dampak lingkungan merugikan yang mungkin terjadi. ESMS dapat mendorong perusahaan untuk berkomunikasi secara transparan dengan para pemangku kepentingan, termasuk masyarakat lokal, pemerintah, dan organisasi non-pemerintah.
Baca Juga : Perjalanan SDGs dan Perkembangan pada ASEAN
Melalui implementasi ESMS, perusahaan dapat mencapai keberlanjutan jangka panjang, memperoleh kepercayaan masyarakat, mematuhi peraturan yang berlaku, serta meningkatkan reputasi mereka. Dengan demikian, ESMS memiliki peran yang penting dalam mengintegrasikan keberlanjutan lingkungan dan sosial ke dalam praktik bisnis dan memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat berjalan sejalan dengan perlindungan lingkungan dan kesejahteraan sosial.
ESIA dan ESMS saling terkait dan saling melengkapi dalam rangka mengelola dampak lingkungan dan sosial dari kegiatan pembangunan. ESIA digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi dan memprediksi dampak yang mungkin terjadi sebelum sebuah proyek dimulai. ESIA memberikan informasi penting dalam tahap perencanaan dan pengambilan keputusan. Sementara itu, ESMS merupakan suatu kerangka kerja yang digunakan untuk mengelola dan mengurangi dampak lingkungan dan sosial dari operasi perusahaan secara keseluruhan.
Sumber: Unsplash
Integrasi ESIA dan ESMS untuk Pengelolaan Dampak yang Efektif dan Efisien
Sayangnya, dalam banyak kasus, ESIA dan ESMS tidak terintegrasi secara efektif. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pemahaman atau kesadaran akan pentingnya ESMS. Tidak hanya itu, ESIA juga tidak jarang dianggap sebagai acara satu kali saja daripada proses yang berkelanjutan. Pemahaman ini menjadikan ESIA yang sempurna pun tidak cukup untuk mencegah masalah lingkungan dan sosial muncul selama implementasi proyek.
Untuk memastikan bahwa ESIA dan ESMS terintegrasi secara efektif, beberapa parameter harus dipertimbangkan. Parameter-parameter ini meliputi:
1. Scoping yang Memadai
Scoping atau Pelingkupan merupakan proses mengidentifikasi batas studi suatu ESIA. Penting untuk memahami secara komprehensif potensi dampak lingkungan dan sosial dari proyek sebelum ESMS dapat dikembangkan secara efektif. Cakupan studi memastikan bahwa ESIA mencakup semua dampak lingkungan dan sosial yang potensial dan informasi ini digunakan untuk mengembangkan ESMS.
2. Keterlibatan Pemangku Kepentingan
Keterlibatan pemangku kepentingan yang efektif penting untuk memastikan bahwa ESMS memenuhi kebutuhan dan harapan semua pihak. Penting untuk memastikan bahwa para pemangku kepentingan menyadari potensi dampak lingkungan dan sosial dari proyek dan andil dalam pengembangan ESMS.
3. Tim yang Terintegrasi
Membentuk tim proyek bersama dengan perwakilan dari tim ESIA dan ESMS dapat membantu mengintegrasikan kedua sistem secara mulus. Tim harus bekerja sama sepanjang siklus proyek, memastikan bahwa ESIA dan ESMS sejalan serta semua risiko potensial diidentifikasi dan dikelola.
4. Integrasi dengan Sistem Manajemen Proyek
ESMS harus terintegrasi dengan sistem manajemen lainnya, seperti sistem manajemen mutu dan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua risiko dikelola secara efektif.
Baca Juga : Sistem Manajemen Lingkungan dan Sosial
5. Indikator Kinerja
Indikator kinerja harus dikembangkan untuk mengukur efektivitas ESMS dalam mengelola risiko lingkungan dan sosial. Indikator ini harus dipantau secara teratur dan ESMS harus disesuaikan jika diperlukan.
6. Penyediaan Pelatihan
Menyediakan pelatihan untuk tim ESIA dan ESMS dapat membantu meningkatkan pemahaman tentang peran dan tanggung jawab masing-masing. Hal ini dapat meningkatkan komunikasi dan membantu mengidentifikasi masalah potensial secara dini.
Sumber: Unsplash
Secara keseluruhan, integrasi yang efektif antara ESIA dan ESMS sangat penting untuk memastikan bahwa dampak lingkungan dan sosial suatu proyek dapat dikelola secara efektif. Lingkup yang memadai dan keterlibatan pemangku kepentingan merupakan parameter-parameter penting yang harus dipertimbangkan. Selain itu, integrasi dengan sistem manajemen lainnya dan indikator kinerja perlu dikonsiderasi dalam integrasi ESIA dan ESMS. Dengan menerapkan parameter-parameter ini, ESIA dan ESMS dapat bersinergi untuk mencegah terjadinya masalah lingkungan dan sosial selama pelaksanaan proyek.