Deep Decarbonization: Kunci Perwujudan EBT 100% di Indonesia

Deep Decarbonization Kunci Perwujudan EBT 100% di Indonesia

Mitra Rekayasa Lanjutan – Perwujudan target nol emisi oleh berbagai negara terus diselenggarakan. Namun, alangkah lebih baik jika terdapat supervisi akan apa yang sudah dilakukan. Climate Action Tracker (CAT), sebuah lembaga independen analisis ilmiah, menilai performa Indonesia sebagai highly insufficient. CAT merupakan kolaborasi antara lembaga Climate Analytics dan NewClimate Institute yang didirikan sejak 2009. Metode yang diterapkan CAT adalah MAGICC climate model

Performa Indonesia yang highly insufficient tentu dihasilkan bukan tanpa alasan. Hal ini lebih detail berarti bahwa komitmen Indonesia saat ini malah dapat menaikkan daripada menurunkan emisi. Apa yang dilakukan Indonesia juga dinilai tidak konsisten dengan batasan kenaikan suhu sebesar 1,5oC berdasarkan Persetujuan Paris.

Dari aspek kebijakan, Indonesia dinilai insufficient. Hal ini berarti bahwa kebijakan Indonesia tidak selaras dengan target Persetujuan Paris. Jika terus dilakukan komitmen seperti yang selama ini dilakukan, maka kemungkinan kenaikan suhu bisa mencapai 2 – 3 oC.  Target yang didukung oleh pihak internasional pun tidak mencukupi, bahkan dicap critically insufficient. Selain itu, Indonesia juga dinilai critically insufficient dalam aspek target bagi emisi. Apa yang dilakukan Indonesia dinilai terlalu minim atau bahkan tidak ada aksi sama sekali yang menuju pemenuhan target Persetujuan Paris.

Performa Indonesia dalam Mencapai Target Nol Emisi
Sumber: Targets | Climate Action Tracker

Deep Decarbonization: Strategi Nol Emisi Indonesia

Pengurangan emisi, setelah ataupun tidak adanya asesmen oleh berbagai pihak, harus tetap dilakukan oleh Indonesia. Lebih jauh, Indonesia harus melakukannya dengan lebih serius dan lebih idealis. Urgensi iklim di Indonesia tidak bisa lagi terelakkan. Target dan komitmen Indonesia selama ini belum cukup mencapai target Persetujuan Paris yang selama ini menjadi dasar kebijakan iklim global.

Dalam segala hal, langkah pertama adalah sebuah momen penting. Seorang bayi yang bisa melangkahkan kakinya pertama kali tentu menjadi sebuah kebahagiaan tiada tara bagi sekitarnya. Menghidupkan gadget merupakan hal terkrusial dalam melakukan produktivitas digital. Memulai adalah langkah pertama dan paling penting dalam belajar sebuah skill baru. Begitu pula dengan pencapaian target nol emisi Indonesia 2050. Dalam memenuhi target nol emisi, berdasarkan LUT, IESR, dan Agora Energiewende (2021), Indonesia harus melakukan deep decarbonization.  Deep decarbonization merupakan sebuah langkah yang bisa menjadi kunci penggunaan energi baru terbarukan (EBT) 100% di Indonesia. Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah menjadikan puncak emisi gas rumah kaca terjadi pada 2030.

Target “membengkokkan” puncak emisi GRK atau mempercepat puncak emisi bisa dicapai dengan memisahkan peningkatan emisi dengan pertumbuhan ekonomi. Selama pandemi, kondisi perekonomian sebagian besar negara mengalami penurunan. Namun, di aspek lingkungan, terjadi kualitas lingkungan seiring berjalannya dengan hal tersebut. Peningkatan kualitas lingkungan ini tentu kita selalu harapkan setiap saat. Namun, kita pasti tidak ingin lingkungan hanya bisa menjadi baik saat perekonomian menurun. Oleh karena itu, dibutuhkan perubahan sistem yang menyeluruh.

Dalam aspek daya listrik, hal yang perlu dilakukan di tahap pertama adalah menggunakan EBT 45% dari total sumber energi. Hal ini tentu tidak mudah. Perlu kolaborasi antar berbagai pihak agar target ini bisa terwujud dengan baik. Pada tahun 2030, diperkirakan masih terdapat 44 GW listrik yang berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Hal ini menyebabkan akan ada kenaikan 200 Mt CO2 eq di Indonesia yang tidak bisa dicegah. Perlu dilakukan transisi energi yang signifikan. Terkhusus untuk sumber energi dengan solar PV, Indonesia diharapkan dapat mewujudkan target 100 GW solar PV di tahap awal ini.

Pada sektor transportasi, terdapat tren yang bisa dilihat bahwa masyarakat mulai banyak beralih ke transportasi publik. Di masa pandemi pun, kebiasaan bersepeda juga mulai dibangun sebagai pola hidup sehat yang juga ramah lingkungan. Lebih jauh, transportasi bermotor saat ini perlu melakukan transisi energi, tidak lagi menggunakan bahan bakar fosil. Diperkirakan bahwa di tahun 2030 akan ada 100 juta sepeda motor bertenaga baterai. Selain itu, terdapat pula wacana yang menyebutkan adanya 188.000 bus elektrik di tahun 2030. Bahan bakar berupa biofuel juga perlu ditingkatkan. Dengan adanya peningkatan penggunaan solar PV dan biofuel pada transportasi, maka target 23% EBT pada 2025 akan positif bisa dicapai.

Dari aspek industri pun tidak jauh berbeda. Perlu dilakukan penggantian sumber energi. Biomassa dan listrik adalah sumber energi dalam aktivitas industri yang perlu diutamakan. Wilayah industri yang terkenal dengan kesuraman akibat asapnya yang mengepul tidak perlu lagi ada. Pemenuhan kebutuhan yang meningkat seiring dengan perkembangan waktu pun tidak menjadi masalah dalam hal emisi.

Deep Decarbonization Kunci Perwujudan EBT 100% di Indonesia2
Sumber: Industry Environmental Pollution – Free photo on Pixabay

Baca Juga : Berkaca Pada Daerah Unggulan dalam Transisi Energi 

Ini Hanya Langkah Awal, Masih Ada Langkah Berikutnya

Pemaparan di paragraf-paragraf sebelumnya adalah langkah awal dalam upaya deep decarbonization. Dengan upaya-upaya tersebut, mungkin masih terdapat kenaikan emisi, namun dapat ditekan, dibandingkan dengan tidak dilakukan perubahan. Tahap 2, tahap 3, atau tahap yang lebih jauh masih perlu dilakukan oleh Indonesia.

Asesmen dari CAT ataupun dari pihak lain sejatinya patut menjadi wadah evaluasi bagi Indonesia. Kita perlu menentukan dengan strategis apa yang seharusnya dilakukan dalam merespons penilaian-penilaian tersebut. Hal ini bukan semata-mata menjadikan kita malu dilihat oleh negara lain, melainkan tergerak karena bumi perlu dilindungi. Perkembangan bangsa Indonesia pun tidak luput karena keindahan dan keasrian bumi.

Sumber:

Climate Action Tracker. (2021). Net zero targets | Climate Action Tracker

IESR. (2021). Indonesia Energy Transition Outlook (IETO) 2022 – IESR

LUT, IESR, Agora Energiewende. (2021). *IESR_Deep_Decarbonization_Indonesia.pdf (agora-energiewende.de)

 

Author

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *