Dari Mikroba untuk Manusia: Membangun Ekonomi Solidaritas dan Keberlanjutan Melalui Lensa ESG

    PT. Mitra Rekayasa Keberlanjutan – Selama lebih dari satu abad, sistem ekonomi global dibangun di atas fondasi narasi kompetisi ekstrem: “survival of the fittest”. Diambil dari tafsiran bebas atas Darwinisme dan dikukuhkan oleh filsuf sosial seperti Herbert Spencer, konsep ini ditanamkan dalam ideologi kapitalisme sebagai pembenaran atas dominasi pasar, supremasi korporasi, dan pengabaian terhadap kelompok rentan. Sebagaimana disampaikan oleh Mubariq Ahmad, “Survival of the fittest bukanlah ilmu sejati, tetapi dogma ideologis yang menyesatkan. Ia telah mengarahkan umat manusia untuk saling menindas, bukan saling menumbuhkan.”

    Dalam konteks ESG (Environmental, Social, Governance), filosofi ini telah menciptakan blind spots dalam dimensi sosial dan tata kelola, menjadikan keberhasilan hanya terukur melalui akumulasi modal dan efisiensi pasar, tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan dan keadilan sosial. Kini, krisis iklim, ketimpangan sosial, dan runtuhnya kepercayaan publik terhadap institusi, menandakan kegagalan sistemik dari pendekatan tersebut. Maka, saatnya kita bertanya: adakah alternatif yang lebih manusiawi, berkelanjutan, dan berkeadilan?

    Pelajaran dari Mikroba: Ekonomi Berdasarkan Koordinasi dan Kebersamaan

    Ekonomi Ramah Mikroba

    Sumber foto: biorender com

    Alih-alih meniru hewan predator, Syafruddin Karimi menawarkan arah baru yakni belajar dari mikroba, khususnya bakteri. Mereka bukan simbol kelemahan, melainkan bukti kekuatan kolektif. Bakteri membangun hidupnya bukan dengan menaklukkan, melainkan dengan berkoordinasi. Lewat mekanisme quorum sensing, mereka baru bertindak bila komunitasnya telah mencapai konsensus. Mereka membentuk biofilm, struktur kolektif yang memungkinkan resistensi terhadap ancaman lingkungan secara bersama-sama (Miller & Bassler, 2001).

    Dalam kerangka ESG, perilaku mikroba ini mencerminkan:

    1. E (Lingkungan): adaptasi yang rendah jejak sumber daya namun tinggi daya tahan ekologis;

    2. S (Sosial): keputusan berbasis konsensus, perlindungan terhadap anggota komunitas;

    3. G (Tata Kelola): sistem komunikasi internal yang transparan dan kolektif, bukan otoriter.

    Inilah model “ekonomi mikroba” sistem hidup yang menyeimbangkan kebutuhan individu dan komunitas, serta menolak struktur yang menindas.

     

    Krisis ESG Global: Mengapa Narasi Kompetisi Harus Diubah

    Ekonomi Ramah Mikroba

    Sumber foto: infobanknews

    Kapitalisme telah lama gagal menyeimbangkan dimensi ESG secara utuh:

    1. Lingkungan: model ekstraktif berbasis pertumbuhan tak terbatas mempercepat degradasi planet;

    2. Sosial: ketimpangan ekstrem, kehilangan pekerjaan massal, eksklusi digital, dan migrasi paksa meningkat;

    3. Governance: rendahnya akuntabilitas perusahaan multinasional dan peran investor yang hanya mengejar profit jangka pendek.

    Dalam laporan World Economic Forum (2024), disebutkan bahwa hanya 36% perusahaan yang secara konsisten mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dalam pengambilan keputusan strategis. Padahal, keberlanjutan bukan hanya tren, melainkan kebutuhan eksistensial.

    Ekonomi Solidaritas: Menyalakan Cahaya Kolektif

    Ekonomi Ramah Mikroba

    Sumber foto: thisismold com

    Kini saatnya ekonomi global mengadopsi prinsip “survival of the cooperative” sebagaimana ditawarkan Karimi sebagai narasi pengganti. Konsep ini melampaui individualisme dan menempatkan keberlanjutan kolektif sebagai orientasi utama.

    Model ini sudah mulai terbentuk dalam praktik-praktik berikut:

    1. Koperasi dan ekonomi berbasis komunitas: memberi ruang pada pengambilan keputusan partisipatif dan distribusi nilai yang adil.

    2. Circular economy: meniru ekosistem mikroba dalam mendaur ulang limbah menjadi nilai.

    3. Social enterprises dan ESG investing: memindahkan orientasi dari maximizing profit ke optimizing impact.

    Penelitian Elinor Ostrom (2009) menunjukkan bahwa komunitas lokal yang berbasis pada aturan kolektif, partisipasi, dan kepercayaan sosial mampu mengelola sumber daya bersama secara lebih berkelanjutan daripada entitas negara atau swasta.

    Baca Juga : Energi Matahari: Pilar Transisi Energi Bersih

    Rekomendasi: Membangun Ekonomi Mikroba dalam Kebijakan ESG

    1. Redefinisi Keberhasilan Ekonomi

    Sumber foto: kompas money

    Ukuran keberhasilan tidak lagi hanya PDB, tetapi juga indeks partisipasi sosial, ketahanan komunitas, dan jejak ekologis yang minim.

    2. Kebijakan Berbasis Konsensus dan Koordinasi

    Sumber foto: forests news

    Adopsi sistem kebijakan yang meniru quorum sensing: hanya bertindak jika didukung kesadaran kolektif, bukan hanya suara mayoritas formalistik.

    3. Penguatan Biofilm Sosial

    Sumber foto: TINTAHIJAU com

    Dukungan pada jaringan solidaritas seperti koperasi, BUMDes, komunitas adat, dan UMKM sosial sebagai benteng ketahanan sosial.

    4. Reformasi Tata Kelola ESG

    Sumber foto: east ventures

    ESG bukan hanya kepatuhan, tetapi visi etik dan spiritualitas keberlanjutan: melihat manusia dan alam sebagai bagian dari satu sistem kehidupan yang saling menjaga.

     

    Kesimpulan

    Kini saatnya membalik arah. Dari ekonomi dominasi menuju ekonomi ilahiah—yakni ekonomi yang bertumbuh dari rahmat, saling jaga, dan kesadaran bersama. Kita tidak butuh lagi predator pasar, tapi pelindung kehidupan. Mikroba bukan hanya entitas biologis, tapi cermin bagi masa depan ekonomi dunia.

    Mari menyalakan cahaya kolektif, menggantikan terang semu dari dominasi individual. Karena masa depan bukan milik yang paling cepat atau paling kuat, tapi milik mereka yang saling menjaga dan berjalan bersama.

     

     

    Referensi

    Miller, M. B., & Bassler, B. L. (2001). Quorum sensing in bacteria. Annual Review of Microbiology, 55(1), 165–199.

    Ostrom, E. (2009). Governing the Commons: The Evolution of Institutions for Collective Action. Cambridge University Press.

    World Economic Forum. (2024). Global Risks Report.

    Karimi, S. (2025). Diskusi pribadi, 6–7 Mei.

    Ahmad, M. (2025). Diskusi pribadi, 7 Mei.

    Author

    Similar Posts

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *