Pembangunan PLTS Terapung Saguling: Inovasi Energi Surya di Indonesia

PT. Mitra Rekayasa Keberlanjutan – Transisi menuju energi bersih semakin menjadi perhatian global, termasuk di Indonesia yang menargetkan net zero emission pada tahun 2060. Salah satu langkah penting yang ditempuh adalah pemanfaatan energi surya melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung. Teknologi ini tidak hanya mengatasi keterbatasan lahan, tetapi juga mampu meningkatkan efisiensi panel surya karena mendapat pendinginan alami dari permukaan air. Proyek PLTS Terapung Saguling yang dibangun di Waduk Saguling, Jawa Barat, menjadi salah satu inisiatif terbesar energi surya terapung di Indonesia dengan kapasitas mencapai 92 megawatt peak (MWp) dan memanfaatkan area seluas kurang lebih 95 hektare permukaan air.
Dikerjakan oleh PT PLN (Persero) bersama mitra internasional ACWA Power, proyek ini ditargetkan beroperasi komersial pada November 2026 dengan potensi menghasilkan lebih dari 130 gigawatt-jam (GWh) listrik per tahun serta mengurangi emisi karbon sekitar 104.000 ton. Energi yang dihasilkan akan disalurkan melalui jaringan interkoneksi 150 kV untuk memperkuat sistem kelistrikan Jawa, Madura, dan Bali, sekaligus menjadi model penting dalam upaya Indonesia mempercepat transisi menuju bauran energi terbarukan.
Keunggulan PLTS Terapung Saguling
1.Pemanfaatan Lahan dan Ruang Air yang Efisien
Sumber: tempo co
Karena ditempatkan di atas waduk, proyek ini memanfaatkan permukaan air, sehingga tidak perlu mengambil lahan produktif darat yang bisa digunakan untuk pertanian, permukiman, atau konservasi.
2. Peningkatan Efisiensi Operasional
Sumber: ANTARA News
Panel surya di atas permukaan air cenderung lebih dingin daripada di darat (karena efek pendinginan dari air), yang bisa membantu sedikit meningkatkan efisiensi konversi dan memperpanjang umur panel.
3. Kontribusi terhadap Target Energi Terbarukan
Sumber: Dunia Energi
PLTS Saguling akan menjadi bagian dari upaya nasional untuk menambah kapasitas EBT. Dalam RUPTL 2025-2034, Indonesia menargetkan tambahan kapasitas pembangkit listrik EBT sebesar 42,6 GW.
Tantangan & Aspek yang Perlu Diperhatikan
1. Dampak Lingkungan Perairan
Sumber: kompas id
Ada potensi gangguan terhadap ekosistem air di waduk seperti pengaruh pada flora-fauna air, oksigenasi, sirkulasi air, serta dampak terhadap perikanan lokal. Studi dampak lingkungan (Amdal) harus dijalankan ketat.
2. Biaya dan Pemeliharaan
Sumber: Kompas Money
Investasi awal untuk floating solar lebih tinggi dibanding instalasi darat dalam banyak kasus, terutama karena kebutuhan struktur apung yang tahan terhadap air dan korosi, serta pemeliharaan yang melibatkan aspek kelautan/perairan.
3. Integrasi ke Grid dan Intermitensi
Sumber: tribunnews
Produksi listrik dari surya bersifat intermittent (tidak terus-menerus) dan bergantung pada cuaca. Dibutuhkan storage atau cadangan energi serta jaringan interkoneksi (grid) yang andal agar optimasi pemanfaatan listrik surya maksimal.
Baca Juga : Peluang Bisnis Energi Terbarukan di Indonesia yang Jarang Diketahui
4. Regulasi, Perizinan & Kolaborasi
Sumber: industri kontan
Proses perizinan untuk proyek di area perairan bisa lebih kompleks karena melibatkan banyak pihak (pengelola waduk, izin lingkungan, otoritas perairan). Kerja sama antar institusi dan dengan pihak swasta internasional (seperti ACWA Power) perlu difasilitasi.
Potensi Masa Depan & Rekomendasi
Sumber: ayojakarta com
- Replikasi proyek PLTS terapung di waduk / danau / bendungan lain di berbagai provinsi — terutama di wilayah yang memiliki banyak waduk tapi lahan darat terbatas.
- Penggabungan dengan solusi storage, baterai, atau PLTA terpompa (pumped hydro storage) untuk mengatasi variabilitas produksi surya.
- Penetapan regulasi dan insentif yang mendukung investor, misalnya tarif feed-in atau pembelian harga listrik (off-take) yang adil, subsidi atau kebijakan fiskal.
- Monitoring dan transparansi dalam aspek lingkungan & sosial agar manfaatnya dirasakan masyarakat lokal dan kerusakan dampak negatif bisa diminimalkan.
Kesimpulan
Proyek PLTS Terapung Saguling adalah langkah konkret dan strategis menuju transisi energi bersih di Indonesia. Dengan kapasitas 92 MWp dan manfaat tambahan berupa pengurangan emisi serta pemanfaatan lahan air, proyek ini berpotensi menjadi model bagi pengembangan energi surya terapung nasional. Meski demikian, tantangan teknis, lingkungan, dan regulasi tetap harus dikelola dengan baik agar proyek ini tidak hanya menjadi simbol, tetapi juga berhasil secara teknis dan diterima secara sosial.
Referensi
- Reuters. Indonesia starts construction of 92 megawatt floating solar plant. 3 Oktober 2025.
- ANTARA News. PLTS Terapung Saguling tingkatkan listrik surya RI hingga 13 persen – Waduk Saguling berdaya 92 MWp dengan estimasi luas 95 hektare. 6 Mei 2025.
- Bisnis.com. Danau Singkarak dan Waduk Saguling Bakal Miliki PLTS Terapung. 7 Desember 2023.
- Institute for Essential Services Reform (IESR). Pemerintah Perlu Pastikan Strategi Capai Target Energi Terbarukan di RUPTL 2025-2034. Mei 2025.
- Bisnis.com. PLN Targetkan 59% Listrik Berasal Dari Energi Terbarukan Pada 2034. 15 April 2025.