|

Perkuat Sinergi Energi Bersih, PGE dan Pertagas Kaji Potensi Green Hydrogen untuk Dekarbonisasi

Kajian Green Hydrogen

PT. Mitra Rekayasa Keberlanjutan – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) dan Pertagas bekerja sama dalam kajian green hydrogen untuk mendukung dekarbonisasi. Kolaborasi ini bertujuan untuk mempercepat pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau, menjadi landasan bagi Pertamina dalam transisi energi.

Pemanfaatan listrik dari panas bumi dalam produksi hidrogen hijau dan amonia hijau akan membantu industri dan sektor transportasi dalam upaya dekarbonisasi. Inisiatif ini sejalan dengan target pemerintah dalam meningkatkan bauran energi terbarukan dan memperkuat ketahanan energi nasional melalui diversifikasi sumber energi, terutama dari energi terbarukan.

PGE juga aktif menjalin kemitraan strategis untuk pengembangan green hydrogen, termasuk dengan PT Pertamina Power Indonesia (Pertamina NRE) dan Genvia, perusahaan asal Perancis. Kerja sama ini mencakup studi bersama terkait pengembangan hidrogen rendah karbon dengan memadukan teknologi Solid Oxide Electrolyzer (SOEL) dari Genvia dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) combined heat and power (CHP) milik PGE.

Solid Oxide Electrolyzer (SOEL) atau Solid Oxide Electrolyzer Cells (SOECs) menawarkan beberapa keunggulan yakni antara lain

1. Efisiensi Lebih Tinggi

Kajian Green Hydrogen

Sumber foto: seetrum

SOEL saat ini mencapai efisiensi sekitar 80% dengan pemanfaatan panas, melampaui AE dan PEM yang berada di sekitar 65%. Target pengembangan SOEL oleh Mitsubishi Heavy Industries (MHI) adalah mencapai efisiensi 90%. FuelCell Energy mengklaim SOEL mereka dapat mencapai hampir 90% efisiensi listrik tanpa panas berlebih, dan hingga 100% dengan memanfaatkan panas berlebih. Riset dan pengembangan yang berfokus pada material baru atau prinsip reversibilitas berpotensi meningkatkan efisiensi SOEL hingga 90% pada tahun 2050.

2. Pemanfaatan Panas

Sumber foto: kumparan

SOEL beroperasi pada suhu tinggi (700–900°C), memberikan keuntungan dalam integrasi dengan aplikasi yang membutuhkan panas intensif, seperti kilang, pembangkit panas industri, dan produksi baja. Pemanfaatan panas limbah dapat meningkatkan efisiensi keseluruhan.

3.Biaya Hidrogen Lebih Rendah

Sumber foto: Anak Panah Cyberschool

Efisiensi yang lebih tinggi dapat menghasilkan produksi hidrogen per kW yang lebih besar dibandingkan jenis elektroliser lain. FuelCell Energy memperkirakan bahwa platform oksida padat mereka dapat menghasilkan biaya hidrogen 20 hingga 30 persen lebih rendah dibandingkan elektrolisis suhu rendah dengan efisiensi lebih rendah.

Siaran pers dilakukan oleh Corporate Secretary PGE, Kitty Andhora, “Kolaborasi antara PGE dan Pertagas akan mempercepat pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau serta menjadi landasan bagi Pertamina dalam membangun green energy hub,” jelas Kitty dalam siaran pers, pada (6/2/2025).

Sebagai bagian dari Sub-holding Power & New Renewable Energy (PNRE), PGE menargetkan peningkatan kapasitas terpasang energi bersih dari panas bumi mencapai dua kali lipat pada tahun 2030, sehingga dapat berpotensi mengurangi emisi sebesar 9 juta ton CO2 per tahun.

PGE menggunakan pendekatan multitrack development untuk mengembangkan panas bumi, mencari sumber daya panas bumi tidak hanya untuk listrik, tetapi juga untuk pengembangan green hydrogen.

Baca juga: PGE Menduduki Posisi Top 50 ESG Global 2025 Berkat Komitmen pada Energi Baru Terbarukan

Kolaborasi PGE dan Pertagas dalam produksi bahan bakar hijau merupakan bagian dari strategi PGE untuk tidak hanya mengembangkan energi panas bumi di sektor hulu, tetapi juga memperluas pemanfaatannya di hilir melalui pembangunan ekosistem industri hijau yang terintegrasi. Partagas yang merupakan bagian dari Pertamina Group, ikut berkontribusi dalam pengembangan infrastruktur yang mendukung ekosistem energi hijau.

“Kolaborasi dengan PGE ini merupakan langkah penting untuk memulai upaya memasok hidrogen hijau dan amonia hijau ke pasar domestik maupun ekspor, langkah ini nantinya akan semakin memperluas portofolio bisnis kedua perusahaan,” jelasnya lagi.

Dijelaskan lebih lanjut bahwa setelah kajian teknis selesai, PGE dan Pertagas akan melanjutkan ke studi kelayakan untuk meninjau berbagai aspek proyek, termasuk potensi investasi dan pengembangan skema bisnis, alokasi sumber daya serta pemilihan teknologi yang tepat, dan tata waktu implementasi.

Dengan adanya sinergi ini, Pertagas dan PGE semakin memperkuat peran Pertamina Group dalam mendukung agenda transisi energi nasional dan berkontribusi dalam pencapaian target emisi nol pada tahun 2060.

 

 

Referensi

emitennews.com. (2025, Februari 06). Dekarbonisasi, PGEO Gandeng Pertagas Kaji Green Hydrogen.

pasardana.id. (2025, Februari 06). Dukung Dekarbonisasi, PGE dan Pertagas Perkuat Sinergi untuk Energi Bersih melalui Kajian Green Hydrogen.

spectra.mhi.com. (2024, August 22). Boosting green hydrogen with solid oxide electrolysis cells.

hydrogentechworld.com. (2023, October). The role of solid oxide electrolyzers in the green hydrogen landscape.

 

Author

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *