Planetary Health Diet: Pola Makan Sehat yang Menyelamatkan Bumi

PT. Mitra Rekayasa Keberlanjutan – Krisis iklim dan krisis kesehatan publik saat ini saling berkelindan. Produksi pangan global menyumbang sekitar 30 % emisi gas rumah kaca dunia, sekaligus menjadi faktor utama dalam penyakit tidak menular akibat pola makan yang tidak sehat. Dalam konteks itu, konsep Planetary Health Diet (PHD) muncul sebagai jawaban: bagaimana cara kita makan bisa menjadi bagian dari solusi — tidak hanya untuk kesehatan tubuh, tetapi juga keberlangsungan lingkungan.
Apa Itu Planetary Health Diet?
Sumber: sanitarium
Planetary Health Diet adalah pola makan yang diusulkan oleh EAT-Lancet Commission sejak 2019, yang menggabungkan aspek kesehatan manusia dan kelestarian planet dalam satu kerangka panduan konsumsi makanan.
Adapun beberapa poin inti dari diet ini, sebagai berikut:
- Mayoritas asupan berasal dari tumbuhan: buah, sayuran, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, dan kacang polong.
- Asupan daging merah (sapi, domba, babi) dikurangi secara substansial, digantikan sebagian oleh protein nabati.
- Produk hewani (ikan, unggas, telur, susu) tetap bisa dikonsumsi dalam jumlah moderat, tergantung konteks budaya dan nutrisi lokal.
- Porsi makannya dirancang agar seimbang: setengah piring (berdasarkan volume) diisi sayur & buah, setengahnya lagi biji-bijian utuh, protein, lemak sehat.
Konsep ini fleksibel (flexitarian) agar bisa diadaptasi ke kebiasaan lokal, budaya, dan preferensi masyarakat tanpa kehilangan tujuan utama: menjaga kesehatan manusia & ekosistem secara bersamaan.
Manfaat dan Keunggulan Planetary Health Diet
1. Bagi Kesehatan
Sumber: bios urn
- Penelitian menunjukkan bahwa diet berbasis tanaman dapat menurunkan risiko penyakit jantung, stroke, diabetes tipe 2, dan beberapa jenis kanker.
- EAT-Lancet memperkirakan bahwa adopsi PHD di seluruh dunia bisa mencegah sekitar 11 juta kematian prematur per tahun akibat pola makan yang tidak sehat.
- Diet ini juga mendorong konsumsi serat, vitamin, mineral, dan antioksidan dari tumbuhan yang membantu sistem pencernaan serta daya tahan tubuh.
2. Bagi Planet dan Lingkungan
Sumber: harvard
- Produksi pangan berbasis tanaman umumnya memerlukan lahan, air, dan energi lebih rendah dibandingkan produksi daging merah.
- Dengan pengurangan konsumsi daging merah & produk hewani berlebih, emisi gas rumah kaca dari sektor pangan bisa ditekan secara signifikan.
- Usaha menjaga keanekaragaman hayati, mengurangi deforestasi untuk lahan peternakan, dan memperlambat degradasi lahan bisa lebih optimal.
- Mengurangi food waste (limbah makanan) juga menjadi bagian penting dari strategi diet ini.
Beberapa analisis model menunjukkan bahwa kombinasi shifting diet + produksi pangan berkelanjutan + pengurangan limbah memungkinkan kita tetap berada dalam “safe operating space” (batas aman planet) sambil memenuhi kebutuhan pangan manusia.
Baca Juga : Pembangunan PLTS Terapung Saguling: Inovasi Energi Surya di Indonesia
Tantangan dalam Implementasi di Indonesia
Sumber: geometry
Meskipun idealnya bagus, mengadaptasi Planetary Health Diet di Indonesia punya tantangan tersendiri, adapun beberapa rintangannya antara lain sebagai berikut:
- Kebiasaan & Budaya Makan Lokal
Sebagian masyarakat terbiasa makan nasi, lauk hewani, gorengan, atau makanan olahan tinggi lemak. Menggeser kebiasaan ini butuh edukasi dan waktu. - Keterjangkauan & Akses Pangan Sehat
Meskipun studi terbaru menunjukkan diet sehat sebenarnya terjangkau untuk sebagian besar penduduk Indonesia, kenyataannya banyak rumah tangga memilih makanan cepat saji atau olahan karena kemudahan, iklan, atau preferensi rasa. - Produksi Lokal & Rantai Pasok
Untuk bisa menyediakan buah, sayur, kacang-kacangan berkualitas di seluruh wilayah, infrastruktur pertanian, distribusi, dan penyimpanan harus ditingkatkan. - Adaptasi Lokal & Preferensi Budaya
Diet ini harus “diterjemahkan” ke dalam kebiasaan kuliner lokal agar tidak terasa asing. Misalnya: tempe, tahu, umbi lokal sebagai sumber protein, pangan lokal musiman agar lebih murah dan segar. - Resistensi Industri & Kebijakan Pangan
Daging & produk olahan makanan punya lobby besar. Mengubah subsidi, regulasi, dan kampanye pangan bisa menghadapi hambatan politik & ekonomi.
Cara Menerapkan Planetary Health Diet di Kehidupan Sehari-hari
Sumber: geometry
Berikut langkah-langkah praktis yang bisa dicoba (kamu sebagai mahasiswa, keluarga, komunitas):
- Mulai dari satu perubahan kecil: misalnya, satu hari per minggu diisi menu nabati penuh (sayur + kacang + biji-bijian) sebagai “meatless day”.
- Gunakan produk lokal & musiman: buah, sayur, umbi lokal cenderung lebih murah, segar, dan jejak karbonnya lebih rendah.
- Kurangi limbah makanan: rencanakan belanja, simpan dengan baik, gunakan sisa makanan.
- Variasikan sumber protein nabati: seperti tempe, tahu, kacang hijau, kacang merah, lentil, kacang polong.
- Kurangi konsumsi daging merah & olahan: gantikan sebagian dengan ikan, ayam, telur dalam porsi moderat.
- Mendukung gerakan dan kampanye: ikut komunitas tanaman pangan kota, edukasi teman, share konten tentang diet berkelanjutan
Kesimpulan
Planetary Health Diet bukan sekadar ide idealis yang jauh dari kenyataan — melainkan panduan praktis yang bisa diadaptasi di mana pun. Dengan memadukan kesehatan manusia dan keberlanjutan lingkungan, kita bisa mulai dari tiap piring makan kita.
Perubahan kecil (misal satu menu nabati seminggu) jika dilakukan oleh banyak orang bisa punya dampak besar. Dengan edukasi, kebijakan yang mendukung, dan kesadaran kolektif, Indonesia pun bisa ikut bergerak menuju sistem pangan yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Referensi
Cundiff, D. K., et al. (2023). The EAT-Lancet Commission’s Planetary Health Diet. National Center for Biotechnology Information (NCBI).
EAT-Lancet Commission. (2019). Healthy Diets From Sustainable Food Systems: The EAT-Lancet Commission Summary Report. EAT Forum.
Springmann, M., Clark, M., Rayner, M., Scarborough, P., & Hill, J. (2023). Toward healthy and sustainable diets for the 21st century. Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).
The Lancet Planetary Health. (2024). Health outcomes, environmental impacts, and diet costs of the EAT-Lancet reference diet. The Lancet Planetary Health, 8(6).
Wikipedia contributors. (2025, September 28). Planetary health diet. Wikipedia, The Free Encyclopedia.
Rachmawati, S., & Nugroho, A. (2025). Healthy diets are affordable but often displaced by other foods in Indonesia. arXiv preprint.
Hidayat, T., & Karim, L. (2021). Education and food consumption patterns: Quasi-experimental evidence from Indonesia.