Digitalisasi Bantu Perangi Greenwashing dalam Bisnis Indonesia

PT. Mitra Rekayasa Berkelanjutan – Di tengah meningkatnya tren bisnis hijau, digitalisasi kini terbukti mampu membantu memerangi praktik greenwashing dalam bisnis Indonesia — dengan meningkatkan transparansi data dan akurasi pelaporan ESG berbasis bukti. Melalui sistem pelaporan dan analisis data yang terintegrasi secara digital, perusahaan dapat membangun kredibilitas keberlanjutan yang nyata, bukan sekadar citra hijau di permukaan.

Fenomena greenwashing — pencitraan ramah lingkungan tanpa bukti kuat — telah menjadi tantangan serius bagi dunia bisnis. Dalam konteks Indonesia yang sedang menuju ekonomi hijau, praktik ini tidak hanya menyesatkan konsumen dan investor, tetapi juga menurunkan kepercayaan publik terhadap pelaku usaha yang benar-benar berkomitmen pada keberlanjutan.

Greenwashing dan Tantangan Bisnis Hijau

Digitalisasi Bantu Perangi Greenwashing

Sumber: humas indonesia

Greenwashing terjadi ketika ada kesenjangan antara komitmen perusahaan dan tindakan nyata di lapangan. Banyak laporan keberlanjutan yang memuat klaim hijau tanpa dukungan data yang dapat diverifikasi.

Menurut laporan World Economic Forum (2023), sekitar 60% klaim keberlanjutan di Asia masih sulit diverifikasi karena minimnya transparansi data ESG. Kondisi ini membuat konsumen dan investor semakin kritis terhadap komitmen keberlanjutan perusahaan.

Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui POJK No.51/POJK.03/2017 telah mendorong lembaga keuangan, emiten, dan perusahaan publik di Indonesia untuk menyampaikan laporan keberlanjutan berbasis indikator terukur dan dapat diaudit. Namun, tanpa dukungan sistem digital, data ESG sering kali tersebar dan tidak terintegrasi, menyulitkan proses validasi.

Peran Digitalisasi: Dari Klaim Menuju Bukti

Digitalisasi Bantu Perangi Greenwashing

Sumber: kompasiana

Digitalisasi membuka peluang besar bagi perusahaan untuk bertransformasi dari sekadar klaim hijau menjadi praktik keberlanjutan berbasis bukti. Melalui sistem data dan teknologi yang tepat, transparansi dan akuntabilitas dapat diwujudkan secara konkret:

  1. Pelacakan Jejak Karbon Secara Real-Time
    Sensor IoT dan dashboard digital memungkinkan perusahaan memantau emisi dari proses produksi, transportasi, dan penggunaan energi secara langsung.
  2. Pelaporan ESG Berbasis Data Otentik
    Sistem Environmental Management Information System (EMIS) membantu menyimpan dan menganalisis data lingkungan dan sosial secara sistematis, sehingga laporan keberlanjutan menjadi berbasis data, bukan narasi semata.
  3. Transparansi Rantai Pasok Melalui Blockchain
    Teknologi blockchain memungkinkan setiap tahapan rantai pasok—dari bahan baku hingga distribusi—tercatat secara terbuka dan tidak dapat dimanipulasi.
  4. Audit dan Verifikasi Independen yang Lebih Cepat
    Digitalisasi mempercepat proses audit karena seluruh data terdokumentasi dalam format standar yang mudah diakses dan diverifikasi.

Menurut Deloitte (2024), adopsi sistem digital untuk pelaporan keberlanjutan dapat menurunkan risiko greenwashing hingga 40%, karena data dapat diverifikasi lintas sumber dan waktu.

Contoh Penerapan di Indonesia

Digitalisasi Bantu Perangi Greenwashing

Sumber: bankmandiri

Beberapa sektor di Indonesia mulai menunjukkan langkah positif dalam mengintegrasikan digitalisasi ke dalam tata kelola keberlanjutan:

  • Sektor Energi Terbarukan
    Pengembang panas bumi dan tenaga surya kini menggunakan sistem digital untuk pelaporan emisi dan dampak sosial, selaras dengan standar IFC Performance Standards dan World Bank Environmental and Social Framework (ESF).
  • Industri Manufaktur dan FMCG
    Perusahaan mulai menerapkan traceability system untuk memastikan bahan baku, limbah, dan rantai pasoknya terpantau secara digital, sehingga mengurangi klaim hijau palsu.
  • Sektor Keuangan
    Sejumlah bank nasional telah mengintegrasikan platform penilaian ESG digital dalam proses kredit, menilai risiko keberlanjutan calon debitur berdasarkan data yang terverifikasi.

Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa digitalisasi bukan sekadar alat bantu, melainkan fondasi menuju tata kelola ESG yang kredibel dan terukur.

Baca Juga : Menuju COP30: Mengubah Komitmen Iklim Menjadi Aksi Nyata Global

MIREKEL: Membangun Transparansi ESG Melalui Solusi Digital

Digitalisasi Bantu Perangi Greenwashing

Sumber: LinkedIn

Sebagai perusahaan konsultan keberlanjutan, PT Mitra Rekayasa Keberlanjutan (MIREKEL) memandang digitalisasi sebagai elemen kunci untuk memastikan integritas ESG di Indonesia.

MIREKEL mengembangkan pendekatan berbasis data untuk:

  • Menyusun Sistem Manajemen ESG yang terintegrasi dengan platform digital;
  • Melakukan penilaian risiko sosial dan lingkungan (SSRA, ESRA) secara terdokumentasi dan transparan;
  • Mendukung pelaporan keberlanjutan yang sesuai standar internasional seperti IFC Performance Standards dan World Bank Environmental and Social Framework (ESF), serta regulasi nasional seperti POJK 51/2017.

Dengan menggabungkan keahlian teknis dan pemahaman konteks lokal, MIREKEL membantu klien memastikan setiap klaim keberlanjutan memiliki bukti yang kredibel dan terverifikasi.

Kesimpulan

Era greenwashing sedang mencapai titik balik. Dunia usaha tidak lagi bisa mengandalkan narasi hijau tanpa bukti yang jelas. Digitalisasi hadir sebagai solusi strategis — menghadirkan transparansi, memperkuat akuntabilitas, dan menumbuhkan kepercayaan publik terhadap praktik keberlanjutan yang nyata.

Dengan dukungan sistem data yang terintegrasi dan pendekatan ESG yang berbasis bukti, perusahaan di Indonesia dapat bergerak menuju masa depan yang lebih hijau, lebih jujur, dan lebih berdaya saing. Dan di titik inilah, peran MIREKEL menjadi penting: membantu bisnis menegakkan integritas keberlanjutan melalui digitalisasi yang transparan dan kredibel.

 

Referensi

  1. World Economic Forum. (2023). The Global Risks Report 2023. Geneva: WEF.
  2. Deloitte. (2024). ESG Data Transparency and Digital Reporting Trends in Asia. Singapore: Deloitte Insights.
  3. Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (2017). POJK No.51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan.
  4. International Finance Corporation (IFC). (2020). Performance Standards on Environmental and Social Sustainability.
  5. World Bank. (2020). Environmental and Social Framework (ESF).

Author

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *