Jejak Sejarah dan Aktivitas Masyarakat Kuala Tungkal di Tengah Proyek Gas

PT. Mitra Rekayasa Keberlanjutan – Kuala Tungkal, sebuah kota yang terletak di tepi Sungai Tungkal, memiliki jejak sejarah yang kaya dan perjuangan masyarakat yang penuh makna, keberadaan masyarakat lokal yang beragam, termasuk suku Minangkabau, Melayu, dan Banjar. Keberagaman ini menciptakan komunitas yang dinamis dan harmonis. Namun, dengan datangnya proyek AGPF, tantangan baru muncul. Proyek ini tidak hanya membawa investasi tetapi juga dampak lingkungan dan sosial yang signifikan terutama dalam konteks proyek Akatara Gas Processing Facility (AGPF). Sejak awal, kota ini telah menjadi pusat perdagangan dan interaksi sosial yang penting, namun juga menghadapi tantangan besar ketika proyek gas mulai dilaksanakan.

Ketika proyek pipeline dimulai, masyarakat Parit Lapis menghadapi berbagai masalah, terutama terkait dengan dampak debu dan polusi akibat aktivitas konstruksi. Warga merasa khawatir akan keselamatan mereka dan potensi bencana yang dapat ditimbulkan oleh pipa gas. Protes pun muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari unjuk rasa hingga penyanderaan kendaraan. Dalam menghadapi protes ini, tim humas proyek berusaha untuk membangun komunikasi yang efektif dengan masyarakat. Mereka membentuk Forum Komunikasi dan Koordinasi Kecamatan (FKK) untuk memfasilitasi dialog antara warga dan pihak pengelola proyek. Meskipun demikian, ketidakpuasan tetap ada, dan tantangan dalam mengelola konflik terus berlanjut.

Proyek gas di Kuala Tungkal, khususnya Akatara Gas Processing Facility (AGPF), membawa berbagai dampak lingkungan yang signifikan bagi masyarakat dan ekosistem setempat. Berikut adalah beberapa dampak lingkungan yang dihasilkan dari proyek tersebut.

1. Polusi Udara

Polusi Udara Proyek Gas di Kuala Tungkal

Sumber foto: liputan6 com

Salah satu dampak paling langsung dari proyek ini adalah peningkatan polusi udara akibat debu yang dihasilkan selama aktivitas konstruksi. Lalu lintas kendaraan berat, seperti truk dan trailer yang mengangkut material, menyebabkan debu beterbangan di jalanan desa, yang berdampak pada kesehatan masyarakat, terutama bagi anak-anak dan orang tua. Lalu aktivitas konstruksi juga menghasilkan suara bising dan getaran yang dapat mengganggu kenyamanan hidup masyarakat sekitar. Suara dari alat berat dan kendaraan dapat menyebabkan stres psikologis bagi warga, terutama mereka yang tinggal dekat dengan lokasi proyek.

 

2. Kualitas Air

 Pipa Gas dan Risiko Kualitas Air di Parit Lapis

Sumber foto: kehatilab

Aktivitas konstruksi dan pemasangan pipeline dapat mempengaruhi kualitas air di sekitar area proyek. Pembuangan limbah konstruksi dan potensi kebocoran dari pipa gas dapat mencemari sumber air bersih, yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari masyarakat.

 

3. Risiko Kecelakaan

Sumber foto: tirto id

Pemasangan pipeline membawa risiko kecelakaan, baik bagi pekerja proyek maupun masyarakat sekitar. Kekhawatiran akan potensi ledakan atau kebakaran akibat pipa gas yang tidak terpasang dengan baik menjadi perhatian utama warga. Karena pada bulan Desember 2023, terjadi kecelakaan, pipa gas Petrochina meledak. Kejadian di Pematang Lumut tersebut menyebabkan dua orang meninggal dunia. Kasus kecelakaan ini menambah kekhawatiran dan ketakutan warga tentang pipeline. Kelompok Eko Kuscahyono seperti mendapat amunisi untuk semakin keras menolak pipeline.

 

4. Perubahan Sosial Ekonomi

Sumber foto: Dokumentasi pribadi

Dampak lingkungan juga berpengaruh pada aspek sosial ekonomi masyarakat. Ketidakpuasan terhadap kondisi lingkungan dapat memicu protes dan ketegangan antara masyarakat dan pihak pengelola proyek, yang pada gilirannya mempengaruhi stabilitas sosial di daerah tersebut.

Masyarakat Kuala Tungkal, khususnya di daerah Parit Lapis, telah berjuang keras untuk mempertahankan hak mereka selama proyek gas Akatara Gas Processing Facility (AGPF). Berikut adalah beberapa cara perjuangan mereka antara lain.

1. Pembentukan Forum Komunikasi dan Koordinasi (FKK)

Sumber foto: Dokumentasi pribadi

Masyarakat membentuk Forum Komunikasi dan Koordinasi (FKK) untuk mengelola tenaga kerja lokal dan memastikan bahwa warga setempat mendapatkan prioritas dalam pekerjaan yang tersedia. Forum ini bertujuan untuk memfasilitasi dialog antara masyarakat dan pihak proyek, serta mengatur proses rekrutmen tenaga kerja secara transparan.

 

2. Aksi Protes dan Penolakan

 Protes Warga Kuala Tungkal terhadap AGPF

Sumber foto: Dokumentasi pribadi

Warga Parit Lapis menunjukkan ketidakpuasan terhadap proyek pipa gas dengan melakukan berbagai aksi protes, termasuk demonstrasi, penyanderaan kendaraan, dan penutupan jalan. Mereka khawatir akan potensi bahaya dari pipa gas, seperti ledakan dan kebakaran. Protes ini menjadi cara mereka untuk menyuarakan kekhawatiran dan menuntut perhatian dari pihak pengelola proyek.

 

3. Sosialisasi dan Dialog

Sumber foto: Dokumentasi pribadi

Masyarakat terlibat dalam sosialisasi yang dilakukan oleh pihak proyek untuk menjelaskan dampak dan manfaat dari pembangunan pipa gas. Namun, meskipun ada upaya sosialisasi, banyak warga yang tetap menolak proyek tersebut, menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif masih menjadi tantangan.

 

4. Mediasi dengan Pihak Berwenang

Polusi Udara Proyek Gas di Kuala Tungkal

Sumber foto: Dokumentasi pribadi

Masyarakat juga melakukan mediasi dengan pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya untuk mencari solusi atas permasalahan yang muncul akibat proyek. Pertemuan-pertemuan ini bertujuan untuk mendengarkan aspirasi masyarakat dan mencari jalan tengah yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.

 

5. Kesadaran akan Hak-Hak Masyarakat

Polusi Udara Proyek Gas di Kuala Tungkal

Sumber foto: Dokumentasi pribadi

Perjuangan masyarakat Kuala Tungkal mencerminkan kesadaran yang meningkat akan hak-hak mereka sebagai warga yang terdampak oleh proyek besar. Mereka berusaha untuk memastikan bahwa hak atas lingkungan yang aman dan kesempatan kerja tidak diabaikan dalam proses pembangunan. Melalui berbagai upaya ini, masyarakat Kuala Tungkal berusaha untuk menegakkan hak mereka di tengah tantangan yang dihadapi akibat proyek gas yang berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari mereka.

Baca juga: Sinergi PT JGC Indonesia dan PT MIREKEL dalam Kesuksesan Program “Clean Up Beach”

Referensi

Sugiarto, A. D. (2024). Debu-Debu Parit Lapis. Tanjung Jabung Barat, Jambi: PT JGC Indonesia.

Author

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *