Meninjau Dinamika Sektor Energi dalam Perspektif Perempuan

Mirekel – Sektor energi seringkali dianggap sebagai sektor yang bias gender. Hal ini terjadi bukan tanpa alasan. Pekerjaan-pekerjaan dalam sektor energi banyak dilakukan di luar ruangan. Peninjauan lokasi proyek, instalasi teknologi, serta kegiatan pengawasan proyek, hampir semua dilakukan dengan suasana yang panas dan melelahkan. Pekerjaan-pekerjaan sektor energi notabene membutuhkan kerja fisik. Hal ini menjadikan laki-laki mencakup sebagian besar pekerja sektor energi.

Dewasa ini, kehadiran perempuan dalam sektor energi tidak seharusnya menjadi hal yang mengagetkan. Banyak perempuan yang menyanggupi pekerjaan-pekerjaan yang seringkali dicap sebagai pekerjaan laki-laki. Perempuan semakin berdaya saing dengan menunjukkan kecakapannya dalam mewujudkan sektor energi yang lebih baik.

Baca Juga : Partisipasi Masyarakat Rentan dalam Pembangunan Berkelanjutan 

Perempuan Melakukan Banyak Aktivitas yang Membutuhkan Energi

Meskipun perempuan terkadang dipandang sebelah mata dalam pekerjaan sektor energi, perempuan sejatinya merupakan sosok yang lebih banyak memanfaatkan ketersediaan energi. Masih banyak masyarakat yang mengharuskan perempuan untuk melakukan berbagai pekerjaan rumah, seperti memasak, mencuci pakaian, menyetrika, menjahit, dan lain sebagainya. Padahal, jika dilihat lebih dekat, pekerjaan-pekerjaan itu membutuhkan bahan bakar ataupun listrik untuk bisa dilakukan.

Ketersediaan energi sangat dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Apabila energi tidak memadai, perempuan akan menghabiskan lebih banyak waktu dalam melakukan pekerjaannya. Sebagai contoh, bagi masyarakat yang tidak memiliki akses kompor gas, mereka harus mencari kayu bakar sebagai bahan bakar memasak. Mengumpulkan kayu bakar tentu membutuhkan waktu yang lebih lama daripada langsung menyalakan kompor gas. Hal ini dapat mengurangi waktu perempuan untuk melakukan kegiatan produktif yang mendukung pemberdayaannya.

Sumber: https://www.pexels.com/

Perempuan juga merupakan soko guru peradaban. Pendidikan dalam rumah menjadi tanggung jawab seorang perempuan. Perempuan yang merupakan seorang ibu memiliki amanah untuk menemani atau memantau anaknya belajar selama di rumah. Kegiatan ini biasanya dilakukan di malam hari sehingga membutuhkan energi untuk penerangannya. 

Perempuan juga banyak melakukan pertemuan komunitas masyarakat, seperti arisan, PKK, pengajian, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan ini berguna untuk membangun integrasi dalam masyarakat serta meningkatkan keberdayaan perempuan. Kegiatan-kegiatan tersebut banyak dilakukan di malam hari sehingga membutuhkan energi untuk penerangannya.

Dewasa ini, bahkan, perempuan juga dituntut untuk menghasilkan pendapatan sehari-hari. Ketersediaan energi akan sangat dibutuhkan bagi perempuan, terutama yang merintis usaha kecil skala rumahan yang membutuhkan energi di area tinggalnya.

Baca Juga : Harga Minyak Dunia Melejit, Harga Pertamax Pun Naik 

Leave No One Behind, Termasuk Perempuan dalam Sektor Energi

Keberadaan perempuan dalam sektor energi sangatlah penting. Mengingat bahwa perempuan lebih banyak melakukan pekerjaan rumah tangga yang membutuhkan energi, perempuan dapat memberikan perspektif berdasarkan pengalaman yang nyata.

Sektor energi tidak hanya membutuhkan perspektif sains, namun juga perspektif sosial. Dalam hal ini, perempuan memegang penting karena sifat alamiah mereka yang lebih lembut dan empatik. Perempuan dalam sektor energi bisa memberikan perspektif yang lebih komprehensif.

Oleh karena itu, perlu dilakukan asesmen untuk mengetahui kondisi lingkungan lokal bagi perempuan. Hal ini berarti dilakukan identifikasi tantangan yang dihadapi perempuan dalam sektor energi, baik sebagai pekerja ataupun konsumen. Kondisi ini akan beragam sesuai dengan budaya, keyakinan, dinamika rumah tangga, tingkat ekonomi, atau faktor sosial lainnya. Maka dari itu, terlebih dahulu mengidentifikasi bagaimana posisi perempuan dalam sektor energi dalam kasus demi kasus harus dilakukan.

Perempuan juga harus diikutsertakan dalam proses mendesain solusi energi. Perempuan akan dapat memberikan sudut pandang yang berbeda sehingga menjadikan diskusi lebih menyeluruh. Perempuan juga bisa menjadi representatif yang dapat menciptakan suatu kondisi untuk partisipasi perempuan dalam sektor energi yang lebih mudah.

Sumber: Photo by Mikael Blomkvist from Pexels

Menyambut Hari Kartini, sudah saatnya bagi sektor energi untuk bisa semakin ramah terhadap perempuan. Masing-masing laki-laki dan perempuan mampu berkontribusi secara setara. Hal ini perlu dimaknai bahwa masing-masing memiliki kecakapan dan peran yang beragam. Solusi dalam sektor energi pun bisa tercipta dari peran-peran masing-masing tersebut.

Author

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *